Praktis, Pemkab Grobogan pun ikut melestarikan tradisi Asrah Batin dengan berupaya memperbaiki infrastruktur setempat.
"Lihat saja para pengunjung berjubel dari berbagai daerah. Ini menjadi keistimewaan tersendiri," kata Sri.
Kedhana dan Kedhini
Tradisi Asrah Batin erat hubungannya dengan kepercayaan warga masyarakat akan sosok Kedhana dan Kedhini, yaitu Raden Sutejo dan Roro Musiah yang diyakini sebagai leluhur pendiri Desa Karanglangu dan Desa Ngombak.
Menurut mitologi, Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung. Mereka terpisah sewaktu keduanya masih kecil.
Keduanya berkelana secara terpisah melewati hutan dan sungai, hingga akhirnya kedhana berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama dengan desa Karanglangu.
Sedangkan Kedhini berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama desa Ngombak.
Kepala Desa Ngombak, Kartini, menyampaikan, secara turun temurun tradisi Asrah Batin ini dilaksanakan pada Minggu Kliwon untuk mengenang Kedhana dan Kedhini. "Asrah Batin" sendiri merupakan kata lain dari "Pasrah Batin". Berusaha ikhlas dengan kenyataan yang terjadi.
Pasrah Batin juga pengejawantahan rasa syukur kepada "Sang Khalik". Karena atas izin Sang Pencipta, pernikahan terlarang antara saudara sekandung tersebut akhirnya urung terjadi.
"Rencananya rombongan Desa Karanglangu hendak mengantar Kedhana melamar Kedhini di Desa Ngombak. Namun nasib berkata lain, prosesi pernikahan gagal dan diganti menjadi hajatan syukuran karena ternyata Kedhana Kedhini adalah saudara kandung yang lama terpisah. Bentuk syukur kepada Tuhan yang telah membuka tabir. Momen sedih dan bahagia bercampur menjadi satu," ungkap Kartini.
Tokoh Masyarakat Desa Ngombak, Mahfud, mengatakan, kisah sepak terjang hubungan sedarah antara Kedhana Kedhini yang mewarnai desa mereka bukan omong kosong belaka. Selain dibuktikan dengan keberadaan makam dan petilasan.
Terbukti juga sejak turun temurun, pemuda-pemudi warga Desa Karanglangu dan warga Desa Ngombak dilarang untuk saling mencintai maupun mengikat janji suci menuju ke jenjang pernikahan.
"Warga Desa Karanglangu dan Ngombak adalah saudara tua dan muda. Turun temurun laki-laki dan perempuan dari dua desa itu tidak diperbolekan untuk saling menikah. Warga percaya jika melanggar akan ada musibah. Dahulu pernah ada yang melanggar dan meninggal dunia. Hingga saat ini belum ada yang bernai melanggar. Kami pun menjaga tradisi itu. Wallahu a'lam," kata Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.