Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wujud Syukur Ribuan Warga Seberangi Sungai dalam Tradisi Asrah Batin

Kompas.com - 30/07/2018, 10:42 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Ada tradisi kebudayaan yang begitu menarik di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kegiatan yang digelar setiap dua tahun sekali ini menarik minat pengunjung dari berbagai daerah untuk menyaksikannya.

Selain menyimpan mitologi masyarakat setempat tentang sepak terjang leluhur pendiri Desa mereka. Tradisi ini juga perwujudan bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, menyeberangi Sungai Tuntang selebar 15 meter menuju perkampungan seberang di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan dalam tradisi "Asrah Batin", Minggu (29/7/2018). 

Baca juga: Inilah Sushi Khas Grobogan, Mau Tahu Isinya?

Dalam tradisi budaya yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam ini, warga Desa Karanglangu berduyun-duyun melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter yang membelah Desa Karanglangu dan Desa Ngombak.

Perwakilan warga Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjemput para Perangkat Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan yang berada di seberang sungai dengan menggunakan rakit yang telah dihias dalam tradisi Asrah Batin di sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi ini, Kepala Desa dan Perangkat Desa dijemput menggunakan rakit, sementara warga menyeberang sungai dengan berjalan kaki di sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Perwakilan warga Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjemput para Perangkat Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan yang berada di seberang sungai dengan menggunakan rakit yang telah dihias dalam tradisi Asrah Batin di sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi ini, Kepala Desa dan Perangkat Desa dijemput menggunakan rakit, sementara warga menyeberang sungai dengan berjalan kaki di sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter.
Sementara itu, warga Desa Ngombak menyambut kedatangan warga Desa Karanglangu dengan pelayanan yang maksimal.

Mulai dari mempersiapkan sejumlah relawan yang berjaga-jaga di sungai sebut saja TNI, Polri dan perwakilan warga. Memanjakan juga dengan hiburan kesenian serta suguhan hidangan khas Jawa yang beraneka ragam.

Baca juga: Ithuk-ithukan, Tradisi Masyarakat Rejopuro Merawat Sumber Mata Air

Dalam tradisi yang digelar setiap dua tahun sekali ini, Kepala Desa Karanglangu dan Perangkat Desa Karanglangu dijemput oleh pihak Desa Ngombak menggunakan rakit yang dihias sedemikian rupa. 

Adapun warga Desa Karanglangu baik tua maupun muda menyeberangi sungai dengan berjalan kaki secara hati-hati dengan dibantu pengawalan warga Desa Ngombak.

Pihak Desa Ngombak dipimpin oleh Kepala Desa menanti kedatangan ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin di pinggir sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Pihak Desa Ngombak dipimpin oleh Kepala Desa menanti kedatangan ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin di pinggir sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.
Tradisi Asrah Batin ini dimulai sejak pagi hingga siang hari. Ribuan pengunjung berkerumun di sekitar lokasi sungai besar itu untuk menyaksikan tradisi yang unik dan menarik ini.

"Sudah sejak pagi saya datang kesini bersama keluarga. Tradisi ini menarik dan sarat akan makna yang baik," kata Sulastri (45), warga Salatiga, Jateng.

Baca juga: Parade Sewu Kupat, Tradisi Penghormatan untuk Sunan Muria

Suasana keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai tuntang ini kental terasa.

Warga Desa Ngombak yang telah lama menunggu kedatangan warga Desa Karanglangu menyongsong dengan penuh kehangatan. Sesampainya di Desa Ngombak yang dipusatkan di Balai Desa dan lapangan setempat, hajatan besar telah menanti mereka.

Ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menyeberangi sungai tuntang setempat menuju Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan dalam tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7/2018). Dalam kegiatan itu, perwakilan warga Desa Ngombak membantu dan menyambut kedatangan warga Desa Karanglangu.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menyeberangi sungai tuntang setempat menuju Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan dalam tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7/2018). Dalam kegiatan itu, perwakilan warga Desa Ngombak membantu dan menyambut kedatangan warga Desa Karanglangu.
Hadir dalam kegiatan ini Bupati Grobogan, Sri Sumarni beserta jajarannya serta Ketua DPRD Kabupaten Grobogan, Agus Siswanto.

"Tradisi Asrah Batin merupakan peninggalan budaya Kabupaten Grobogan yang sarat akan makna toleransi. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai penanda bahwa warga Grobogan adalah orang-orang yang berbudi luhur," kata Bupati Grobogan, Sri Sumarni.

Menurut Sri, selain menjadi tontonan warga Grobogan, tradisi Asrah Batin juga menjadi jujukan warga dari berbagai daerah.

Praktis, Pemkab Grobogan pun ikut melestarikan tradisi Asrah Batin dengan berupaya memperbaiki infrastruktur setempat.

Pihak Desa Karanglangu yang rampung menyeberangi sungai disambut pihak Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin di pinggir sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Pihak Desa Karanglangu yang rampung menyeberangi sungai disambut pihak Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin di pinggir sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.
"Lihat saja para pengunjung berjubel dari berbagai daerah. Ini menjadi keistimewaan tersendiri," kata Sri.

Kedhana dan Kedhini

Tradisi Asrah Batin erat hubungannya dengan kepercayaan warga masyarakat akan sosok Kedhana dan Kedhini, yaitu Raden Sutejo dan Roro Musiah yang diyakini sebagai leluhur pendiri Desa Karanglangu dan Desa Ngombak.

Menurut mitologi, Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung. Mereka terpisah sewaktu keduanya masih kecil.

Keduanya berkelana secara terpisah melewati hutan dan sungai, hingga akhirnya kedhana berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama dengan desa Karanglangu.

Sedangkan Kedhini berhenti dan menetap di suatu desa yang diberi nama desa Ngombak.

Perwakilan warga Desa Ngombak mempersiapkan rakit yang akan digunakan untuk menjemput warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, menyeberangi sungai dalam tradisi Asrah Batin, di sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Perwakilan warga Desa Ngombak mempersiapkan rakit yang akan digunakan untuk menjemput warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, menyeberangi sungai dalam tradisi Asrah Batin, di sungai tuntang setempat, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.
Singkat cerita setelah keduanya dewasa, mereka pun bertemu hingga saling jatuh cinta dan hampir menikah. Pernikahan itu akhirnya urung terjadi setelah terungkap bahwa mereka adalah kakak beradik yang telah lama terpisah. 

Kepala Desa Ngombak, Kartini, menyampaikan, secara turun temurun tradisi Asrah Batin ini dilaksanakan pada Minggu Kliwon untuk mengenang Kedhana dan Kedhini. "Asrah Batin" sendiri merupakan kata lain dari "Pasrah Batin". Berusaha ikhlas dengan kenyataan yang terjadi.

Pasrah Batin juga pengejawantahan rasa syukur kepada "Sang Khalik". Karena atas izin Sang Pencipta, pernikahan terlarang antara saudara sekandung tersebut akhirnya urung terjadi.

"Rencananya rombongan Desa Karanglangu hendak mengantar Kedhana melamar Kedhini di Desa Ngombak. Namun nasib berkata lain, prosesi pernikahan gagal dan diganti menjadi hajatan syukuran karena ternyata Kedhana Kedhini adalah saudara kandung yang lama terpisah. Bentuk syukur kepada Tuhan yang telah membuka tabir. Momen sedih dan bahagia bercampur menjadi satu," ungkap Kartini.

Ribuan warga Desa Karanglangu menyeberangi sungai tuntang setempat menuju Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Ribuan warga Desa Karanglangu menyeberangi sungai tuntang setempat menuju Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.

Dilarang Saling Menikah

Tokoh Masyarakat Desa Ngombak, Mahfud, mengatakan, kisah sepak terjang hubungan sedarah antara Kedhana Kedhini yang mewarnai desa mereka bukan omong kosong belaka. Selain dibuktikan dengan keberadaan makam dan petilasan.

Terbukti juga sejak turun temurun, pemuda-pemudi warga Desa Karanglangu dan warga Desa Ngombak dilarang untuk saling mencintai maupun mengikat janji suci menuju ke jenjang pernikahan.

"Warga Desa Karanglangu dan Ngombak adalah saudara tua dan muda. Turun temurun laki-laki dan perempuan dari dua desa itu tidak diperbolekan untuk saling menikah. Warga percaya jika melanggar akan ada musibah. Dahulu pernah ada yang melanggar dan meninggal dunia. Hingga saat ini belum ada yang bernai melanggar. Kami pun menjaga tradisi itu. Wallahu a'lam," kata Mahfud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com