Keinginan itu terpenuhi dimana dua perajin gola semut atau Rebok Kolang sedang mengaduk-aduk gola itu di kuali besi. Melihat kami tiba di pintu rumah perajin itu, semua pada kaget. Apalagi kami membawa kamera.
Saat itu juga seorang warga Kampung Tado, Bernadus Maja, yang mendampingi kami mengatakan bahwa yang datang untuk melihat proses produksi gola semut atau rebok adalah wartawan Kompas.com serta seorang staf Bappeda Kabupaten Manggarai Barat.
Memotret Proses Produksi Gola Semut atau Rebok Khas Kolang
Setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan kamera untuk mulai memotret para perajin gola semut atau rebok khas Kolang yang sedang mengaduk-aduk gola itu di kualinya.
Setelah saya memotret, perajin Damianus Onggo (79) memberi saya sebuah sombek atau sendok tradisional yang berbahan kayu untuk “lait gola”. Keinginan saya sudah terwujud dengan melakukan wisata “Lait Gola Kolang”.
Kampug Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat sudah terkenal di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta karena beberapa tahun lalu mahasiswa UGM melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung itu.
Bahkan di kalangan pedagang Gola Merah Kolang sudah mengenal Kampung Tado sebagai kampung produksi gola merah kolang hingga di era digital ini.