Danau Toba memang menyimpan keajaiban. Di balik danau yang membentang luas nan elok, Danau Toba ternyata merupakan sebuah gunung.
Van Bemmelen, geolog Belanda yang pada 1939 untuk pertama kali mengemukakan bahwa Toba adalah gunung api. Lokasi Danau Toba dulunya merupakan sebuah gunung yang kemudian meletus hebat.
Kini, gunung api raksasa (supervolcano) bersemayam di bawah Danau Toba. Setelah meletus hebat, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku. Air kemudian mengisi kaldera hingga membentuk danau.
(Baca juga: Melihat Keindahan Danau Toba dari Ketinggian)
Perjalanan saya ke Bukit Huta Ginjang memberikan pengalaman yang tak terlupakan, setidaknya hingga saat ini. Kesan megah dan magis Danau Toba selalu memanggil kembali untuk datang. Akankah saya bisa menikmati angin segar di Danau Toba?
Pada akhir bulan Juli 2019, Jokowi bersama menteri-menteri terkait seperti Menteri Pariwisata, Arief Yahya; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bertolak ke Danau Toba dalam rangka kunjungan kerja untuk memastikan pengembangan pariwisata Danau Toba.
(Baca juga: Saat Aroma Kopi Menyeruak dari Sudut Utara Danau Toba)
Pemerintah sepakat untuk mempercepat pembangunan destinasi wisata Danau Toba agar menjadi destinasi wisata yang berskala internasional. Jokowi mengatakan, pembangunan akan dimulai tahun ini dan diperkirakan rampung pada 2020.
"Dulu (kita) memutuskan dan merencanakan pengelolaan Danau Toba sebagai sebuah destinasi wisata yang betul-betul berkelas. Tetapi produk di sini harus diperbaiki, brandnya harus diangkat. Sehingga betul- menjadi sebuah tempat yang wajib dikunjungi,” ungkap Jokowi, saat mengunjungi Geosite Sipinsur, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Pengembangan wisata Danau Toba juga akan dilakukan secara terintegrasi, dengan mengkaji aspek alam, sumber daya manusia, budaya, sosial dan potensi investasi yang akan menambah devisa negara. Hal itu diharapkan akan berujung pada kesejahteraan masyarakat.
(Baca juga: Menjajal Pariwisata Kawasan Danau Toba di Tapanuli Utara)
Salah satu cara yang dipilih untuk mengembangkan pariwisata Danau Toba yaitu penetapan strategi storynomics tourism. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, penetapan strategi storynomics tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia.
“Awareness berkaitan dengan marketing, sedangkan experience berkaitan dengan faktor aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang melekat ke setiap destinasi-destinasi wisata. Kedua hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang padu,” katanya dalam siaran pers.
(Baca juga: Geosite Sipinsur, Spot Cantik di Danau Toba yang Didatangi Jokowi)
Kepada KompasTravel, Arief mengatakan infrastruktur dan utilitas dasar meliputi jalan, air, internet, listrik di Danau Toba harus sudah selesai di tahun 2020. Jokowi juga meminta untuk ground breaking proyek-proyek juga di tahun 2020.
“Kalau itu infrastur dasar sudah selesai, investor akan cepat masuk. Itulah destinasi super prioritas,” ujar Arief saat ditemui di Jakarta.
Di Danau Toba, menurut Arief sudah ada 7 investor ingin menanamkan investasi tahap pertama yaitu Rp 6 triliun. Investor tertarik untuk membangun nomadic tourism seperti glamorous camping (glamping) dan penginapan berbasis high end market.
Danau Toba sendiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung. Pada tahun 2017, wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba mencapai 300.000 orang. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya wisatawan yang datang, kurang dari 200.000 orang.
(Baca juga: Saat Aroma Kopi Menyeruak dari Sudut Utara Danau Toba)
Dari segala rencana pemerintah untuk pengembangan pariwisata Danau Toba seakan membawa angin segar. Danau Toba kini selangkah menuju wisata berkelas dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.