JAKARTA, KOMPAS.com - Mudah sekali menemukan bakmi di Indonesia. Makanan satu ini dijual di restoran berbintang sampai warung pinggir jalan. Setiap daerah di Indonesia bahkan punya bakmi khas yang membedakan dengan daerah lain.
Asal usul bakmi di Indonesia menarik untuk dipelajari. Lantaran jika ditilik sebenarnya bakmi bukanlah makanan asli Indonesia, mengingat orang Indonesia tidak mengenal tepung terigu dahulu. Lantas dari mana asal bakmi di Indonesia?
"Bakmi bisa masuk ke Indonesia bersamaan dengan para imigran dari Tiongkok yang datang bergelombamg selama berabad-abad. Jadi melalui imigrasi dari Tiongkok ke Nusantara," kata Aji Chen Bromokusumo, selaku budayawan dan Sekertaris Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (ASPERTINA) saat dihubungi oleh Kompas.com, Jumat, (22/11/2019).
Baca juga: Pecinta Bakmi, Saatnya Berburu Bakmi dari 30 Kedai Terpopuler di Jakarta
"Entah karena alasan politis, ekonomi atau yang lainnya, secara bertahap imigran dari Tiongkok mengalir ke Nusantara. Para imigran tersebut memulai kehidupan baru mereka di Nusantara dan mendapati mereka cocok tinggal di ‘Negeri Selatan’ ini," sambungnya.
Imigran China yang berbondong-bondong datang ke Indonesia pasti membawa dan memerlukan makanan sebagai santapannya sehari-hari.
Makanan yang mereka santap, merupakan makanan yang berasal dari daerah asal dan sudah akrab di lidah para imigran.
Baca juga: Akhir Pekan di Yogyakarta, Wajib Coba 5 Mi Ayam Ini
"Kuliner menjadi sangat penting karena merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Para perantau yang datang sekali waktu menginginkan makanan seperti yang ada di tempat asalnya," jelas Aji.
Namun karena keterbatasan dan perbedaan bahan di Nusantara, para imigran berusaha menyesuaikan diri dengan apa yang ada di tempat tinggal barunya.
Hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa kini masyarakat sering kali menemukan bami dengan berbagai varian rasa dan toping.
Bakmi yang pada dasarnya mengunakan minyak babi dan toping babi sekarang sudah banyak yang mengunakan minyak ayam hingga minyak bawang karena menyesuaikan kebutuhan dengan masyarakat lokal.
Baca juga: Mbah Mangoen, Kuliner Bakmi dengan Bumbu Rempah dan Nuansa Tempo Dulu