Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naik Daun karena Empon-empon Corona, Begini Sejarah Jahe

Kompas.com - 26/03/2020, 18:43 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga jahe di pasaran melejit setelah viral kisah mengenai minuman empon-empon corona.

Baca juga: Ada Empon-empon Corona di Pasar Beringharjo Yogyakarta, Seperti Apa?

Dulu jahe adalah sambal pertama bagi rakyat Nusantara. Salah satu artikel Kompas.com telah mengulas bagaimana jahe digunakan sebagai bahan untuk membuat rasa pedas makanan.

Sejarawan Kuliner Fadly Rahman menjelaskan bahwa dalam prasasti kuno yang diteliti oleh para ahli arkeologi ditemukan kata sambal.

Baca juga: Cara Membuat dan Menyimpan Minuman Empon-empon

Tapi kata sambal ini bukan dibuat dari bahan seperti yang dikenal sekarang. Melainkan menggunakan jahe sebagai bahan utamanya.

"Sebab kalau kita sekarang menggunakan jahe begitu sebagai obat herbal atau sebagai obat, atau sebagai bumbu masak, sebenarnya jahe itu punya efek pemedas," jelas Fadly Rahman.

Fadly menjelaskan dengan detail jika pada masa lalu jahe merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat sambal.

Menurutnya, jauh sebelum masyarakat Nusantara mengenal cabai yang termasuk tanaman genus Capsicium, bahan pemedas yang sering digunakan adalah cabai jawa atau cabya, andaliman, dan juga lada.

Sedangkan jahe termasuk generasi pertama pemedas yang digunakan masyarakat Nusantara.

Ilustrasi wedang jahe, minuman tradisional khas Jawa. Terbuat dari jahe, sereh, cengkeh, dan gula batu. SHUTTERSTOCK/IKA HILAL Ilustrasi wedang jahe, minuman tradisional khas Jawa. Terbuat dari jahe, sereh, cengkeh, dan gula batu.

Jahe memiliki nama sesuai dari daerahnya seperti jahe dari Sunda, jae dari Jawa, Bali, jhai dari Madura, lai dari Dayak dan halia dari Aceh.

Ada pun beuing nama sebutan jahe di Gayo, lahia di Nias, sipodeh di Minangkabau, laia di Makasar, pase di Bugis, alia di Sumba, dan lain-lain.

Jahe di dunia

Indonesia merupakan salah satu produsen jahe di dunia, sudah banyak mengekspor tanaman ini ke berbagai negara.

Negara tersebut di antaranya Singapura, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Inggris, Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia, dan Australia.

Hal tersebut tercantum dalam buku Sehat dengan Rempah dan Bumbu Dapur (2016), karya penulis Made Astawan yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

Asal-muasal tanaman jahe tidak diketahui secara pasti, tetapi telah dimanfaatkan secara luas sejak zaman dahulu.

India, Tiongkok, dan Malaysia merupakan negara yang sudah terbiasa mengonsumsi jahe sejak lama.

Ilustrasi gingerbread cake, roti rasa jahe. SHUTTERSTOCK/MARGOUILLAT PHOTO Ilustrasi gingerbread cake, roti rasa jahe.

Selain Indonesia, beberapa negara lain juga memanfaatkan jahe sebagai obat-obatan. Seperti Tiongok dan India yang menggunakan jahe sebagai obat tradisional untuk mengatasi masuk angin.

Baca juga: Minuman Jahe Campur Rempah-rempah, Seperti Apa Jadinya?

Tidak hanya itu, jahe juga dapat menyembuhkan batuk, demam, diare, infeksi, rematik, bronchitis, asma, penyakit jantung, influenza, kembung, luka, dan cacingan.

Produk olahan jahe juga populer di Inggris. Hal tersebut terbukti dari roti jahe yang telah menjadi camilan favorit Ratu Elizabeth I dan kalangan istana. Jahe juga terkenal di Perancis, Jerman, dan Jepang.

Buku "Sehat Dengan Rempah dan Bumbu Dapur" karya Made Astawan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, bisa dibeli di Gramedia.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com