Hal itu karena jumlah infeksi corona yang terjadi di kalangan para diplomat belum diketahui jumlah pastinya.
Pada minggu ini, Mi Feng, juru bicara untuk Komisi Kesehatan Nasional, dan juga Liu Haitao, direktur dari departemen pemeriksaan perbatasan di National Imigration Administration mengatakan bahwa China akan menutup akses masuk bagi para pengunjung dari semua titik masuk di sepanjang perbatasan darat China sepanjang 22.000 kilometer.
Sudah ada beberapa laporan mengenai warga asing yang meremehkan aturan karantina China yang ketat.
Tiga orang di antara warga asing yang dilaporkan tersebut disebutkan keluar dari antrean pemeriksaan virus corona pada bulan ini di kota Qingdao yang berada di bagian pesisir timur China.
Sumber informasi Partai Komunis, People’s Daily mengumumkan hal itu dan mengatakan bahwa warga asing tidak seharusnya menikmati ‘pelayanan khusus’.
Akhir bulan lalu, otoritas di Bandara Internasional Beijing menolak akses masuk terhadap empat warga asing yang tidak menaati regulasi lokal.
Sementara polisi di Guangzhou pada minggu lalu membuka investigasi kriminal tentang pasien corona asal Nigeria yang dituduh menganiaya perawat yang melarang ia untuk pergi dari rumah sakit.
Dengan pandemi corona yang semakin meluas di dunia, banyak warga China yang mengeluh soal meningkatnya serangan dan hinaan bernada rasisme dan xenophobia di negara bagian barat.
Dengan Beijing yang berusaha untuk menghentikan meningkatnya kasus impor, ada ketakutan bahwa diskriminasi serupa akan terjadi pada orang-orang asing yang tinggal dan bekerja di China.
Dalam beberapa minggu terakhir, telah terdapat laporan soal diplomat asing, orang-orang bisnis, dan murid yang tidak diberi pelayanan di restoran dan bar di Beijing dan beberapa kota lainnya.
Di Kota Guangzhou yang jadi rumah bagi komunitas Afrika terdapat keluhan selama dua minggu terakhir tentang orang-orang Afrika yang diusir dan didiskriminasi karena rumor outbreak corona terjadi di komunitas dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Laporan tersebut mendorong otoritas di kota itu dan juru bicara Menteri Luar Negeri China, Zhao Lijian untuk berbicara pada minggu ini untuk membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa China tidak akan menoleransi rasisme atau diskriminasi bentuk apa pun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.