KOMPAS.com – Lebih dari 450 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1664 – 1666, wabah merebak secara luas di Inggris dan menewaskan lebih kurang 100.000 orang di London.
Kematian tersebut merenggut lebih kurang seperempat dari populasi kota London pada saat itu.
Wabah tersebut kemudian disebut sebagai Wabah Besar London, atau lebih akrab disebut sebagai Great Plague.
Terletak lebih kurang 56 kilometer dari tenggara Manchester, dan lebih dari 241 kilometer dari London ada Desa Eyam.
Baca juga: Mengharukan, Imigrasi Dubai Beri Stiker Perpisahan di Paspor Turis Asing
Desa Eyam yang kini berpenduduk 900 jiwa, tampak damai dengan pemandangan anak-anak mengambil buah beri. Pengendara sepeda melintasi jalanan curam dipenuhi dedaunan yang gugur di desa tersebut.
Namun desa tersebut sebenarnya pernah dibuat gembar pada musim panas 1665. Melansir BBC, Wabah Besar London berhasil memasuki Desa Eyam.
Seorang pedagang di London mengirim beberapa sampel kain yang dipenuhi kutu ditunggangi bakteri kepada seorang penjahit lokal Desa Eyam bernama Alexander Hadfield.
Menurut Business Insider, George Viccars selaku asisten Hadfield, menderita sakit dalam waktu yang lama sebelum akhirnya meninggal pada 7 September 1665.
Selama dua bulan ke depan, lebih dari 40 orang di Desa Eyam meninggal. Kendati demikian, infeksi tersebut mengalami penurunan pada Mei 1666, ,embuat warga setempat mengira wabah telah berakhir.
Namun, wabah bermutasi dan menjadi radang paru-paru pada musim panas 1666.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.