Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Keliru, Begini Cara Membedakan Kurma Manis Alami dan Manis Buatan

Kompas.com - 04/05/2020, 12:16 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Buah kurma jadi primadona di masa-masa Ramadhan seperti ini. Rasa manisnya jadi keunggulan utama kurma yang dicari oleh banyak penggemarnya.

Baca juga: Beda Kurma Manis Alami dengan Manis Buatan, Jangan Salah Pilih

Namun hati-hati, jangan-jangan kamu malah membeli kurma yang rasa manisnya sudah ditambahi cairan gula.

Menurut Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc., pakar kurma dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan bahwa kebanyakan kurma segar yang diimpor dari Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan kurma alami yang tidak diproses sebagai manisan kurma.

“Ada beberapa informasi yang mengatakan bahwa kurma asal Pakistan merupakan kurma yang telah diproses dengan menambahkan cairan gula sehingga rasa manisnya sudah tidak alami lagi,” ujar Sudarsono pada Kompas.com, Rabu (29/3/2020).

Menurutnya, rasa manis kurma alami akan terasa di dalam jaringan buahnya, bukan di permukaan atau luar buahnya. Maka dari itu tekstur kurma alami dan yang diberikan cairan gula akan berbeda.

Untuk kurma yang ditambahi cairan gula, maka gula tersebut tidak seluruhnya akan masuk dan meresap ke dalam jaringan buah kurma, sebagiannya akan ada di permukaan buah.

“Untuk menambahkan gula ke dalam jaringan kurma juga akan memerlukan proses pemanasan buah.

Proses ini tentu juga akan mengubah tekstur buah kurmanya, yang kalau alami teksturnya terasa keras sedangkan yang manisan kurma akan terasa lunak karena proses pemanasan,” jelas Sudarsono.

Baca juga: Apa itu Kurma Ajwa? Kurma Premium yang Harganya Mahal

Jajaran kurma yang bisa kamu temui di Pasar Tanah AbangAlbert Supargo Jajaran kurma yang bisa kamu temui di Pasar Tanah Abang

Namun jika kamu membedakannya secara akurat, maka bisa menggunakan alat pendeteksi tipe gula untuk mendeteksi kandungan gula di dalam buah kurma.

Menurut Sudarsono, gula dalam buah kurma mayoritas berupa fruktosa. Sedangkan gula yang berasal dari tebu merupakan gula sukrosa.

Dengan teknik tertentu, kedua macam gula itu bisa dengan mudah dibedakan. Jika kandungan gula dari buah kurma mayoritas atau hanya berupa fruktosa, maka kurma tersebut adalah kurma alami.

Baca juga: Kenapa Kurma Ajwa Harganya Mahal?

Kurma sebagai salah satu contoh obat alamiDok. Shutterstock Kurma sebagai salah satu contoh obat alami

Sebaliknya, jika kandungan gulanya merupakan campuran antara fruktosa dan sukrosa, maka kemungkinan merupakan manisan kurma atau kurma yang sudah ditambahi cairan gula.

Salah satu sebab kenapa orang memberikan tambahan gula ke dalam kurma adalah biasanya karena kurma tersebut bukan berasal dari daerah dengan iklim arid atau kering seperti Timur Tengah.

Baca juga: Apa Bedanya Kurma Ajwa dengan Kurma Biasa?

Kurma yang tumbuh di daerah bukan arid hanya bisa dipanen pada tahap perkembangan buah khalal atau awal ruthob, belum mencapai kurma masak sempurna atau kurma tamr.

“Untuk mendapatkan perkembangan buah yang mirip tamr, tetapi dari kurma khalal atau awal perkembangan buah kurma ruthob, maka ditambahkan cairan gula sehingga kemanisannya meningkat, daya simpan buahnya meningkat, dan warna buahnya juga mengarah ke warna kecoklatan dan gelap,” papar Sudarsono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com