Seusai berkunjung ke Desa Pancasila, kami langsung di bawa mendaki Gunung Tambora. Namun kami tidak bisa melihat pemandangan dari puncak gunung tersebut.
Sebab, fasilitas Google Streetview dan foto 360 derajat tidak tersedia. Kami pun diceritakan seputar gunung tersebut di Tambora Trekking Centre, Desa Pancasila.
“Gunung Tambora terletak di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Kawasan Tambora pada 1935 dulunya diupayakan menjadi kebun kopi oleh orang Swiss,” kata Heriyadi.
Heriyadi menceritakan bahwa pada saat itu, orang Swiss tersebut memotong pohon liar di sana untuk dijadikan lahan kopi. Hingga saat ini, lahan kopi tersebut masih bisa dilihat.
Selanjutnya, dia kembali menceritakan seputar bagaimana letusan Gunung Tambora pada 1815 menyebabkan fenomena “Tahun Tanpa Musim Panas”.
“Suhu udara menjadi sangat dingin dan turun salju. Membuat Napoleon Bonaparte kalah dalam peperangan. Salah perhitungan,” kata Heriyadi.
“(Selain Napoleon) Thomas Stamford Raffles bahkan menyuruh anak buahnya untuk memantau suara dentuman yang dikira serangan musuh. Ternyata letusan Tambora,” lanjutnya.
Letusan Gunung Tambora juga mengakibatkan tiga kerajaan musnah. Kerajaan tersebut adalah Tambora, Sanggar, dan Pekat.
Musnahnya tiga kerajaan tersebut mengakibatkan musnahnya Bahasa Tembora yang memiliki perbandingan kosakata yang berbeda dari Bahasa Makassar, Buton, Sasak, Sumbawa, dan Ende.
Gunung Tambora memiliki lima jalur pendakian yaitu Piong, Kawinda To’i, Pancasila, Doro Canga, dan Doropeti. Untuk jalur Piong, kamu bisa memanfaatkan kendaraan untuk mencapai area dekat puncak gunung.
“Bibir kaldera Tambora tidak dingin seperti Gunung Rinjani. Kalau ke sana orang bisa buka baju (kalau merasa panas),” kata Heriyadi.
Apabila kamu ingin turun ke kaldera, Heriyadi menyarankan untuk turun bersama orang yang memang sudah ahli dengan medan Gunung Tambora agar aman dan selamat.
Untuk menuju Pulau Satonda, kami dibawa menaiki perahu di Pelabuhan Nangamiro. Sembari di perahu, Heriyadi menjelaskan bahwa Pulau Satonda adalah tempat wisata yang harus dikunjungi.
Tarif kapal tergantung dengan jenisnya. Namun waktu tempuh dari pelabuhan tersebut ke pulau berada di kisaran satu jam.
Sebab, Pulau Satonda merupakan salah satu dari lima lokasi stromatolit di dunia. Stromatolit diindikasikan sebagai cikal bakal kehidupan.
“Airnya asin seperti air laut. Tapi ada sumur yang airnya tidak asin namun juga tidak tawar. Salah satu hal menarik di Pulau Satonda adalah pada musim tertentu, pohon-pohon yang tidak berdaun akan memiliki “daun” yaitu kelelawar dengan panjang sayap 1 meter,” kata Heriyadi.
Beberapa danau yang terletak di pulau ini merupakan hasil dari letusan Gunung Satonda ribuan tahun lalu.
Salah satu danau, Danau Satonda, bisa kamu manfaatkan untuk berendam sembari menikmati keindahan alam. Kamu juga dapat mendaki perbukitan di sana sembari mengamati satwa yang ada.
Salah satu tempat wisata yang kerap dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Mata Jitu. Melalui Pelabuhan Nangamiro, kamu bisa sewa kapal sekaligus untuk berkunjung ke sini usai dari Pulau Satonda.
“Ini air terjun berundak. Ada gua juga di sana. Dulu pulau ini ada di bawah laut sebelum naik ke atas,” kata Heriyadi.
Air terjun yang berada di tengah hutan tersebut masih asri. Airnya yang sangat jernih dianggap sebagai hal yang menarik perhatian wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.