Sementara di China pada periode Dinasti Han, cengkeh digunakan sebagai pengharum mulut. Digunakan saat berbicara dengan seorang kaisar atau pejabat tinggi lainnya.
“Rempah orientasinya memang bukan untuk selera masak. Di Eropa pada abad pertengahan, rempah digunakan untuk mengawetkan daging atau untuk menutupi bau amis daging walaupun khasiat tidak optimal,” kata Fadly.
Jejak penggunaan rempah dalam kuliner Indonesia kuno terletak pada sebagian prasasti dan naskah yang tersebar di Pulau Jawa.
Menurut penelitian H.I.R. Hinzler dalam Eten en drinken in het Oude Java (2005), terdapat beberapa relif candi yang menunjukkan penggunaan rempah dalam seni boga kuno.
Kendati cengkeh dan pala merupakan rempah yang mungkin hampir selalu digunakan oleh banyak orang, tetapi keduanya tidak terlalu sering digunakan dalam kuliner Jawa kuno.
Rempah yang digunakan di antaranya adalah asem, jahe, bawang merah, bawang putih, cabai jawa, serai, dan daun salam.
Kemudian merica, lengkuas, kemiri, keluak, kapulaga, jinten, kencur, kunyit, dan kayu manis.
“Ini yang sering digunakan oleh leluhur Jawa kuno. Rempah juga dulu banyak digunakan sebagai bahan pemberi rasa pedas dan penghangat,” kata Fadly.
Penggunaan tersebut sudah ada sebelum tahun 1600-an. Periode tersebut disebut Fadly sebagai “era pra-sambal”.
Sebab, makanan yang ada pada saat itu didominasi oleh warna kuning dan bukan warna merah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan