Namun, ketika dirinya turun dari puncak, ia sudah tak melihat bunga edelweiss yang dipetik itu. Ia mengaku tak tahu lagi di mana keberadaan bunga tersebut.
"Ketika turun dari puncak bunganya sudah tidak ada. Enggak tahu diambil orangnya lagi atau dibawa pendaki lainnya," tambah dia.
Agus menerangkan, pihak basecamp mungkin sudah menginformasikan sebelum pendakian mengenai larangan memetik edelweiss.
"Waktu di basecamp mungkin sudah ada arahan untuk tidak memetik bunga tersebut, Mas. Orangnya saja yang bandel," ujar pria asal Kota Batu, Jawa Timur, ini.
Baca juga: Petik Edelweis di Gunung Semeru, Pendaki Ini Dilarang Mendaki Seumur Hidup
Melihat kejadian memalukan terjadi di depannya, ia berharap agar kejadian serupa tak terulang lagi.
Menurut dia, para pendaki tidak selayaknya memetik edelweiss atau membawa barang apa pun yang ada di gunung. Ia juga mengingatkan agar pendaki lainnya membawa pulang sampah.
"Bagi para pendaki, kalian di gunung hanya tamu. Bawalah sampahmu kembali. Mosok medayoh arepe ninggal resek (masa bertamu mau meninggalkan sampah atau kresek)," pungkasnya.
Adapun edelweiss merupakan tumbuhan endemik yang hanya tumbuh di dataran tinggi dan pegunungan. Wilayah tumbuhnya sebagian besar terdapat di kawasan konservasi sehingga keberadaannya dilindungi.
Baca juga: Ketika Edelweis Jadi Komoditas Komersial
Oleh karena itu, ada salah satu aturan yang melindungi keberadaan edelweiss yang bisa dilihat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 33 ayat (1) dan (2) tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.
Ayat (1) pasal ini menyebutkan, "Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional".
Sementara itu, ayat (2) berbunyi, "Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli".
Pendakian Gunung Buthak sendiri sudah dibuka kembali untuk tahap uji coba. Para pendaki bisa melewati jalur pendakian Desa Princi dan Seruk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.