Mulai dari pemeriksaan suhu, kapasitas pengunjung yang dibatasi, sampai pelarangan pengunjung yang berusia di bawah 9 tahun dan di atas 60 tahun untuk masuk ke tempat wisata.
“Sangat sulit (keadaannya) bahkan karena sudah gencar diisukan klaster Covid-19 itu datangnya dari tempat mal, berkumpulnya orang-orang. Wah sudah rusak lah. Padahal mau masuk di mal saja sudah diperiksa dari awal,” jelas Tony.
Oleh karena itu, ia meminta PSBB jangan dilanjutkan lagi karena penerapan protokol kesehatan yang rapi sudah dijalankan.
Fleksibilitas protokol
Hariyadi menjamin jika PSBB sudah benar-benar dicabut tak serta merta membuat para pelaku usaha abai dengan protokol kesehatan. Akan ada penyesuaian yang dilakukan terkait protokol kesehatan yang diterapkan.
Salah satunya ia mencontohkan terkait sektor hotel yang menerima acara pernikahan.
“Kan kita bisa atur misalnya orang itu mau tamu 1.000. Kapasitas kita hanya muat 400. Ya kita bikin ada tiga shift, diatur jamnya. Semua itu bisa,” terang Hariyadi.
Baca juga: 5 Perbedaan Wisata Ancol antara PSBB Transisi Jilid 2 dan 1, Apa Saja?
Keadaan seperti ini berbeda dengan ketika PSBB masih dijalankan di mana semua kegiatan seperti itu tidak boleh dilakukan.
“Jadi maksud kami tetap kita melakukan seluruh protokol kesehatan dengan baik, tapi lebih fleksibel,” sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.