Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbaikan Kualitas WC di Tempat Wisata, Jangan Lupakan Kearifan Lokal

Kompas.com - 12/01/2021, 15:03 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Guru Besar Pariwisata Universitas Udaya I Gede Pitana mengatakan bahwa dalam perbaikan WC di tempat wisata, ada baiknya tidak melupakan kearifan lokal lokasi toilet tersebut berada.

“Toilet harus menggunakan kearifan lokal, tapi dengan standar internasional,” jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Berbicara tentang standar internasional, Pitana mengatakan bahwa pengelola tempat wisata harus mengedepankan standar kebersihan dan sanitasi, terlebih selama pandemi Covid-19.

Baca juga: 8 Saran Epidemiolog Soal Perbaikan WC di Tempat Wisata

Jika memungkinkan, toilet pun dapat didesain sedemikian rupa agar wisatawan yang menggunakannya dapat meminimalkan kontak dengan fasilitas toilet.

“Secara teknis, banyak hal yan dilakukan, tapi prinsipnya kebersihan dan sanitasi. Terlebih selama Covid-19, kebersihan menjadi suatu keharusan,” ucap Pitana.

Sementara untuk kearifan lokal, sebagai contoh, jika lokasi toilet berada di area yang mayoritasnya memiliki bentuk seperti rumah khas Bali, maka toilet dimodel dengan kearifan lokal khas Bali, misal dari bentuk atapnya.

Ilustrasi toiletShutterstock Ilustrasi toilet

Sementara untuk toilet yang berada dalam area dengan mayoritas gaya bangunan khas Jawa atau terletak di area Jawa, maka toilet dapat menyerupai bangunan joglo.

“Tapi kualitasnya harus gunakan standar internasional. Tingkat kebersihan seperti ada tisu, WC duduk atau ada juga yang jongkok disesuaikan. Di luar toilet harus ada tempat cuci tangan,” ujar Pitana.

Menurut dia, dalam pariwisata memanr harus mengombinasikan standar internasional dengan local wisdom.

Selain itu, dia mengimbau agar pengelola tempat wisata tidak membangun toilet bergaya khas negara lain, misalnya Jepang guna mempertahankan identitas budaya Nusantara.

Seberapa penting kualitas WC di tempat wisata?

Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomaves) Luhut Binsar Pandjaitan memberi usulan terkait persiapan pemulihan pariwisata pada masa pandemi Covid-19.

Selain meminta pembangunan hotel di destinasi wisata dikurangi, Luhut juga meminta agar spot wisatawan dan fasilitas penunjang diperbaiki kualitasnya.

Petugas membersihkan fasilitas toilet dengan berstiker tanda jaga jarak di Mal Central Park, Jakarta, Rabu (3/6/2020). Selain menerapkan protokol kesehatan ketat, sejumlah pusat perbelanjaan juga menyediakan fasilitas pendukung physical distancing, seperti mesin pembersih tangan otomatis, mesin penjual masker, alat pendeteksi suhu, dan stiker tanda jaga jarak sebagai persiapan operasional di era normal baru.ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA Petugas membersihkan fasilitas toilet dengan berstiker tanda jaga jarak di Mal Central Park, Jakarta, Rabu (3/6/2020). Selain menerapkan protokol kesehatan ketat, sejumlah pusat perbelanjaan juga menyediakan fasilitas pendukung physical distancing, seperti mesin pembersih tangan otomatis, mesin penjual masker, alat pendeteksi suhu, dan stiker tanda jaga jarak sebagai persiapan operasional di era normal baru.

“Soal-soal kecil seperti WC, itu juga saya kira perlu diperbaiki sehingga ketika orang datang ke spot itu tidak kapok,” tegasnya dalam pemberitaan Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Menanggapi hal tersebut, Pitana mengatakan bahwa toilet merupakan fasilitas penunjang yang teramat sangat penting sekali dalam industri pariwisata.

“70 persen orang turun dari pesawat, yang pertama dicari adalah toilet. Sekitar 60 persen orang di destinasi tempat wisata seperti Ancol, Ubud, Kuta, dan sebagainya mencari toilet,” ungkapnya.

Baca juga: WC Jongkok atau WC Duduk di Tempat Wisata, Mana yang Lebih Baik?

Jika diibaratkan melalui perspektif pariwisata, menurut Pitana toilet adalah etalase sebuah destinasi tempat wisata.

Dengan kata lain, toilet juga dapat menggambarkan kondisi tempat wisata yang sedang dikunjungi oleh wisatawan lantaran toilet merupakan indikator kebersihan atau kualitasnya.

Kebersihan bagian dari indeks daya saing pariwisata Indonesia

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Kamis (5/9/2019), kesehatan dan kebersihan merupakan salah satu dari pilar yang memengaruhi indeks daya saing pariwisata Indonesia.

Pada 2019, daya saing pariwisata Nusantara di dunia naik menjadi peringkat 40 setelah berada pada peringkat 42 pada 2017.

Data tersebut berdasarkan laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF).

Baca juga: Ini Tanggapan Epidemiolog Soal Saran Luhut untuk Perbaikan WC di Tempat Wisata

Selain kebersihan, pilar lain yang dinilai adalah lingkungan bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan lapangan kerja, keberlanjutan lingkungan dan lainnya.

Dari pilar-pilar tersebut, Indonesia berhasil meraih skor 4,3. Skala penilaian yakni 1 untuk terburuk dan 7 untuk terbaik.

Skor di atas 5 yang diperoleh Indonesia adalah prioritas pariwisata. Pilar higienitas menjadi salah satu perbaikan yang dilakukan oleh Indonesia dan dinilai baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com