Ia mengungkapkan rencana penggunaan aplikasi augmented reality untuk para wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur.
Nantinya, para wisatawan tidak akan lagi diperbolehkan untuk naik ke stupa candi. Mereka hanya bisa berwisata di area taman candi. Bagian dalam candi hanya bisa diakses dengan menggunakan aplikasi augmented reality.
“Pakai handphone di dalamnya ada apa. Mungkin yang kalau kita waktu dulu datang fisik kita enggak tahu di dalamnya ada cerita apa. Pakai augmented reality kita merasakan tiga dimensi di dalam dan ada ceritanya. Dengan harapan ini, ekraf akan bangkit duluan,” tegas Hari.
Sementara itu khusus untuk pelaku ekraf yang sulit untuk berkembang dengan cara digital, Kemenparekraf berusaha membantu mereka dengan cara lain.
Salah satunya adalah melalui pembangunan creative hub yang dilakukan di destinasi super prioritas seperti Mandalika, Borobudur, dan Likupang.
Untuk memastikan para pelaku ekraf bisa bertahan dan berinovasi dengan lebih baik, Hari menegaskan bahwa Kemenparekraf telah dan akan terus melakukan pendampingan terhadap mereka.
“Di ekraf ada lima value chain; kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, konservasi. Nah bukan hanya produksi, kita juga memperbaiki desain. Kita mendaftarkan hak cipta merk, dan itu menaikkan value dari mereka,” jelas Hari.
Baca juga: Banyak Keluhan, Aturan Wajib Pakai Guide di Zona 1 Candi Borobudur Ditiadakan
Kemudian di bidang produksi, Kemenparekraf membantu para pelaku ekraf dengan memberikan dana hibah tersebut di atas. Termasuk juga pendampingan packaging yang lebih baik. Dengan begitu produk akan lebih layak untuk dijual di e-commerce.
Dalam prosesnya juga nanti akan melibatkan beberapa subsektor ekraf lainnya. Misalnya, untuk memproduksi hasil foto produk yang bagus, maka produsen akan menggandeng pelaku ekraf di bidang fotografi.
Hari juga mencontohkan proses pendampingan di industri kuliner, khususnya di sektor food startup.
“Ini berbeda bukan pelaku UMKM biasa ya tapi yang sudah masuk ke packaging. Kami harap bisa masuk ke digital. Nanti setiap tahun kami adakan seleksi. Nah kalau sudah bisa masuk ke food startup ada pendampingan satu-dua minggu untuk kita link ke distributor,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.