Sebelumnya, Kompas.com tidak pernah mendaki gunung hingga mencapai puncak. Alhasil, medan yang menunggu setelah saung kedua dirasa cukup menantang. Rute pendakian mulai memasuki hutan lagi.
Baca juga: 4 Wisata Museum di Purwakarta dengan Teknologi Terkini
Jalur sudah bukan tanah berbatu, melainkan tumpukan batu di tengah hutan. Di sisi kanan jalur, terdapat tumpukan kayu yang digunakan sebagai pegangan tangan.
Kemiringan jalur ini cukup menantang. Jika diibaratkan, dengkul kaki saat menanjak hampir menyentuh dada. Meski jalur berbatu, pendaki tetap harus berhati-hati lantaran ada beberapa spot yang dipenuhi lumut, sehingga membuat pijakan licin.
Jalur batu berlumut tersebut mulai diganti jalur batu berumput. Pegangan kayu pun tergantikan oleh banyak batang pohon, akar, dan semak belukar.
Pada saat itu, kami tidak terlalu terburu-buru dalam mendaki. Sebagian memilih untuk duduk sebentar di bebatuan besar di pinggir jalur.
Baca juga: 4 Wisata Alam Purwakarta, Cocok untuk Liburan Akhir Pekan
Setelah trekking dari basecamp sambil curi-curi waktu untuk istirahat sejenak, kami akhirnya tiba di Pos 1 Gunung Parang pukul 07.09 WIB.
Jika dihitung dari waktu dimulainya pendakian pada 06.40 WIB, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pos 1 lebih kurang 20 menit.
Pos pendakian ini terbilang cukup unik. Sebab, di sini terdapat dua rumah pohon yang menempel pada akar pohon raksasa.
Baca juga: 4 Curug di Purwakarta, Pas untuk Melepas Penat
Tinggi rumah pohon pertama dari tanah sekitar 3-4 meter. Beda tinggi rumah pohon kedua dari rumah pohon pertama adalah sekitar 2-3 meter.
Di dekat tangga menuju rumah pohon pertama, terdapat papan petunjuk bertuliskan “Pos 1”. Jika ingin foto di sini, kamu harus menerobos semak belukar dan batu berlumut terlebih dahulu.
Selain rumah pohon dan papan petunjuk, spot foto lain yang ada di jalur ini adalah “terowongan” ranting pohon yang dapat dikatakan sebagai “pintu” menuju jalur selanjutnya.
Kami memutuskan untuk istirahat sekitar 5 menit sambil berfoto-foto. Dari tempat duduk yang ada di dekat tangga rumah pohon terlihat pemandangan alam yang memukau. Kami memulai pendakian pukul 07:15 WIB.
Baca juga: Libur Akhir Tahun Dipangkas, Contek Itinerary Roadtrip ke Bogor, Purwakarta, Bandung
Meski terbiasa jalan kaki ke sana kemari, serta tidak pernah absen dari kegiatan trekking, medan menuju puncak Gunung Parang ternyata cukup membuat kaki gempor.
Kemiringan jalur sudah mulai lebih ekstrem dari sebelumnya. Kondisi jalur yang ditempuh merupakan jalur “basah” yang dipenuhi batu berlumut, rerumputan basah dari embun, dan ranting pohon yang berjatuhan.
Baca juga: 4 Wisata Instagramable di Purwakarta, Pas untuk Hunting Foto
Akar pohon pun sudah mulai sering kami gunakan untuk membantu pendakian, serta menopang berat tubuh saat kami istirahat sejenak.
Walau jalur pendakian mulai terasa melelahkan, asrinya kawasan hutan dan sejuknya udara di Gunung Parang memudahkan pendaki untuk melupakan rasa lelah mereka.