Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sembarangan, Ini Bahaya Main Awan Panas Bekas Erupsi!

Kompas.com - 14/03/2022, 15:03 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu beredar video yang memperlihatkan sejumlah pemuda di atas tumpukan material awan panas guguran Gunung Merapi yang masih mengeluarkan asap, pada Kamis (10/03/2022).

Dalam video tersebut, tampak jelas sejumlah pria yang berjalan di atas material awan panas Gunung Merapi juga menyentuhnya dengan tangan kosong.

Baca juga: Beredar Video Sejumlah Pemuda Datangi Lokasi Material Awan Panas Gunung Merapi, BPPTKG Larang Warga Mendekat

Belakangan, diketahui lokasi peristiwa itu berada di daerah Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.

Lalu, apakah sebenarnya awan panas, atau wedhus gembel ini? Bagaimanakah bahayanya saat disentuh?

Material awan panas punya temperatur tinggi

Secara umum, awan panas atau disebut juga wedhus gembel, adalah material vulkanik yang baru keluar, lalu terendapkan.

Pengertian itu dijelaskan Koordinator Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto kepada Kompas.com, Sabtu (12/3/2022).

"Ketika terendapkan, temperaturnya masih tinggi. Kemungkinan temperatur internalnya, kalau masih fresh banget, permukaannya pasti terlihat panas mengepul," kata Kristianto.

Warga mengamati material vulkanik erupsi Gunung Merapi di hulu Kali Gendol, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (10/3/2022). BPPTKG mencatat Gunung Merapi mengalami luncuran awan panas guguran (APG) sejauh 5.000 meter dan mengarah ke arah tenggara pada Rabu (9/3/2022) pada pukul 23.18 WIB.Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko Warga mengamati material vulkanik erupsi Gunung Merapi di hulu Kali Gendol, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (10/3/2022). BPPTKG mencatat Gunung Merapi mengalami luncuran awan panas guguran (APG) sejauh 5.000 meter dan mengarah ke arah tenggara pada Rabu (9/3/2022) pada pukul 23.18 WIB.

Sejalan dengan ini, BPPTKG Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida turut mengatakan, aktivitas seperti yang ada di video tersebut tidak untuk ditiru.

"Masyarakat dilarang mendekati material awan panas guguran karena kondisi masih panas dan membahayakan," ujar Hanik, Jumat (11/03/2022).

Meski telah terendapkan beberapa hari, suhu internal pada material awan panas masih terbilang tinggi, khususnya awan panas yang berukuran cukup tebal.

Baca juga: Volume Kubah Lava Tengah Gunung Merapi Berkurang akibat Awan Panas Guguran

"Setelah beberapa hari, meski bagian luar sudah tidak terlihat asap mengepul, tapi suhu di dalamnya masih tinggi apalagi untuk awan panas yang tebal, tentu akan lama dinginnya," tutur Kristianto.

Artinya, semakin tebal material tersebut, akan semakin lama pula mendingin. Maka dari itu, ia mengingatkan supaya masyarakat tidak bermain-main dengan material berbahaya ini.

"Bahkan ada yang sampai setahun itu masih panas di dalamnya. Makanya harus hati-hati terhadap endapan awan panas ini," kata Kristianto.

Rawan awan panas susulan dan bahayanya

Selain berbahaya untuk disentuh, kawasan sekitar erupsi juga rawan terhadap munculnya gulungan awan panas baru secara tiba-tiba.

Kristianto menjelaskan bahwa, awan panas yang menggulung ke bawah saat turun, bisa menggosongkan apapun yang dilewati, termasuk bangunan, dan tanaman. Tak hanya awan panas, ada pula aliran lahar hujan yang tidak kalah berbahayanya.

Visual Gunung Semeru Rabu (2/3/2022) pagi terlihat asap membumbung dari kawah Gunung SemeruKOMPAS.com/Miftahul Huda Visual Gunung Semeru Rabu (2/3/2022) pagi terlihat asap membumbung dari kawah Gunung Semeru

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com