Usai mengunjungi Desa Sukarara, tempat lainnya yang bisa kamu datangi adalah Desa Sade.
Jarak dari Desa Sukarara ke desa Sade kira-kira memakan waktu 30 menit. Biaya masuknya juga gratis, namun seikhlasnya.
Ketika kamu pertama kali menginjakkan kaki di Desa Sade, kamu akan disambut oleh tarian perang. Para penari menggunakan rotan penjalin dan tameng yang terbuat dari kulit kerbau. Tarian ini dipercayai bisa mendatangkan hujan.
Sembari menjelajahi desa, kamu akan melihat rumah adat suku sasak yang terdiri dari bale dan lumbung.
Salah satu daya tarik dari rumah adat suku sasak adalah lantainya yang terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau, serta beratapkan jerami.
Penggunaan kotoran kerbau ini diyakini bisa membersihkan lantai dari debu, sekaligus membuat lantai terasa halus dan lebih kuat.
Baca juga:
Kemudian, ketika berjalan ke belakang rumah yang lain, kamu akan menjumpai pohon nangka tua yang disebut pohon cinta. Pohon ini menjadi saksi bisu para muda-mudi suku sasak di Desa Sade.
Adapun, di desa ini, budaya memari atau kawin lari masih berlaku. Namun, konsep kawin lari di Desa Sade berbeda dengan konsep yang berkembang di tengah masyarakat awam saat ini.
Dalam konsep kawin lari di Desa Sade, calon mempelai laki-laki suku sasak akan "menculik" calon mempelai perempuan sebelum menikah.
Laki-laki yang ingin menikahi perempuan idamannya bisa "menculik" dan membawanya ke rumah keluarga si laki-laki. Keesokan paginya, pihak keluarga si laki-laki akan mendatangi pihak keluarga perempuan untuk merundingkan pernikahan.
Pohon cinta tersebut dijadikan meeting point atau tempat bertemunya pasangan dalam aksi "penculikan" tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.