Puteri Firdhani, yang juga berprofesi sebagai guru di Mekkah menambahkan, Masjidil Haram telah kembali menggelar salat tawarih berjemaah. Saat ini, muslim yang ingin beribadah selain umrah diperbolehkan untuk langsung masuk.
Sebelumnya, saat pengetatan aturan, setiap orang yang masuk ke Masjidil Haram harus mendaftar terlebih dulu melalui aplikasi.
“Sekarang, kalau tidak umrah, tidak perlu pakai aplikasi lagi, langsung boleh masuk. Jadi, yang dikontrol untuk umrahnya supaya tidak membeludak,” kata Puteri.
Tarawih di Masjidil Haram sendiri berjumlah 21 rakaat. Puteri, yang sudah tinggal di Mekkah selama empat tahun ini, menuturkan bahwa waktu tarawih biasanya diundur selama 30 menit sejak masuk waktu Isya.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi umat Islam berbuka puasa terlebih dulu.
“Habis Isya itu langsung lanjut tarawih, kalau di Masjidil Haram itu awal-awal puasa pukul 22.30 selesai. Tapi, kalau 10 hari terakhir biasanya lebih lama karena bacaan suratnya lebih panjang, jadi bisa sampai (pukul) 24.00 malam,” ujarnya.
Baca juga: Pengalaman WNI Puasa di China Saat Pembatasan Covid-19, Masjid Tutup
Puteri mengatakan, terjadi kemacetan di jalanan menuju Masjidil Haram selama Ramadhan ini. Bahkan, ongkos taksi pun ikut melambung.
“Saking ramainya bulan Ramadhan di sini, ongkos taksi naik beberapa kali lipat. Kalau dirupiahkan biasanya Rp 10.000 dari rumah saya ke Masjidil Haram, sekarang bisa Rp 50.000, tapi macet,” ujarnya.
Beruntungnya, rumah Puteri hanya 30 menit berjalan kaki dari Masjidil Haram. Jadi, dia dan suami memilih untuk berjalan kaki menuju masjid suci tersebut.
Baca juga: