Shalat Idul Fitri di London dimulai pukul 09.00 waktu setempat.
Nadia yang melakukan shalat Idul Fitri di Wisma Nusantara atau kediaman Duta Besar Desra Percaya harus memesan tiket terlebih dahulu karena keterbatasan tempat.
Setibanya di sana, pengunjung diimbau memindai tiket dan tidak melakukan kontak fisik. Bahkan, makanan dibagikan berupa nasi kotak alih-alih digelar secara prasmanan, demi menjaga protokol kesehatan.
Baca juga: Pengalaman Puasa di London, Ada Bukber di Lokasi Ikonik
Bagi WNI yang sudah tinggal di London selama beberapa tahun, momen tersebut begitu dirindukan. Sebab, dua tahun sebelumnya shalat Idul Fitri tak digelar akibat pandemi.
Sementara bagi Nadia, ini adalah pertama kali menjalani shalat Idul Fitri di London.
Ia mengaku merindukan suara takbiran pada malam Idul Futri yang biasa dirasakannya di tanah air.
Untuk itu, mendengar suara takbir pada pagi hari membuat kerinduannya cukup terobati.
"Jujut saya kami mencari takbiran dari semalam, di London Central Mosque tidak ada takbiran. Kami sudah menunggu-nunggu."
"Pagi hari ini mendengar takbiran sangat mengobati rasa rindu terhadap lebaran di Indonesia," tuturnya.
Sama seperti di beberapa negara lain, Sydney juga baru kembali menggelar shalat Idul Fitri yang absen dua tahun belakangan karena pandemi.
Yulia yang melaksanakan shalat di Diamond Venue, Sydney itu merasakan suasana Idul Fitri yang menyenangkan dan penuh semangat karena bertemu dengan banyak WNI lain.
Selain itu, penceramah shalat juga orang Indonesia, meskipun ceramah diterjemahkan pula ke dalam Bahasa Inggris untuk jamaah lainnya.
"Di sini yang datang banyak, lebih dari 1.000 (orang). Seru banget, ada dua lantai kami berbondong-bondong datang," ujarnya.
Baca juga: Cerita Puasa di Hsinchu Taiwan, Ada Komunitas Muslim Kecil yang Solid
Selain karena sudah hampir dua tahun tak pulang ke kampung halaman, suasana shalat Idul Fitri yang meriah tersebut tak didapatkannya tahun lalu di Tasmania.
"Sebelumnya di Tasmania. Karena komunitas Islam dan Indonesianya enggak banyak, jadi hari lebarannya kayak hari-hari biasa. Enggak ada bedanya."
"Di sini cukup berbeda karena komunitas Indonesianya banyak banget. Jadi kami pakai baju (lebaran), dandan-dandan cantik," kata Yulia.
Songkhla dihuni oleh banyak penduduk muslim Thailand. Itulah mengapa, Dzerlina merasa nyaman tinggal di sana selama beberapa bulan terakhir.
Meskipun, ia mengaku suasana Idul Fitri di Songkhla terasa sepi karena banyak penduduknya pulang ke kampung halaman.
"Di Songkhla istimewanya, kita kan tahunya Thailand mostly Buddhist. Jadi, ada 10 persen warga Thailand itu muslim dan 90 persennya di selatan, termasuk di area Songkhla."
"Jadi banyak pemukiman muslim di sini, banyak makanan halal," ucapnya.
Baca juga: Cerita WNI Berpuasa di Kota Torun Polandia, Durasi Puasa hingga 18 Jam
Suasana Idul Fitri juga cukup terasa, apalagi Pemerintah Thailand memberikan libur resmi untuk lima provinsi di selatan, termasuk Songkhla.
"Yang lain enggak libur. Jadi mungkin teman-teman seperti di Bangkok, tidak libur. Tapi kami dapat libur satu (hari) alhamdulillah," ucap dia.
Di samping itu, rutinitas usai shalat Idul Fitri yang dijalani Dzerlina di Songkhla juga mirip di Indonesia, seperti berkumpul atau betsalam-salaman.
"Mirip (seperti di Indonesia). Jadi habis shalat Id ketemu saudara-saudara, saling ngucapin hari raya. Tapi kayak selamat Hari Raya Idul Fitri saja, enggak mohon maaf lahir batin. Biasa saja," kata dia.
Baca juga: Cerita WNI Berpuasa di New York AS, Durasi Puasa Bisa Berubah-ubah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.