Merasa bahwa pekerjaanya cukup berat, Kyai dan Nyai Pasir, meminta agar diberikan kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang Widhi.
Saat tengah bersemedi, keduanya mendapatkan petunjuk. Agar doanya bisa terkabul, mereka harus bisa menemukan dan memakan telur di dekat ladang. Nyai Pasir pun menemukan telur yang dimaksud dan membawanya pulang ke rumah untuk dimasak.
Telur lalu dimakan oleh Kyai dan Nyai Pasir. Selesai menikmati telur tersebut, Kyai Pasir pun memutuskan pergi ke ladang, tapi saat dalam perjalanan sesuatu yang aneh terjadi, badannya menjadi terasa panas dan gatal.
Rasa yang terlalu gatal tersebut, membuat Kyai Pasir menggaruknya hingga kulitnya menjadi lecet di sekujur tubuh.
Baca juga: 15 Wisata Alam Magetan, Ada Telaga dan Taman Dinosaurus
Tubuh Kyai Pasir pun berubah menjadi ular naga raksasa, dan ternyata hal serupa juga terjadi pada Nyai Pasir.
Dua orang yang telah berubah menjadi ular naga itu pun berguling-guling di pasir, sehingga menimbulkan cekungan yang semakin besar dan dalam di tanah.
Kemudian, dari cekungan tersebut keluarlah aliran air yang sangat deras dan memenuhi cekungan.
Saat, Kyai Pasir dan Nyai Pasir mengetahui bahwa mereka punya kekuatan besar, kedunya ingin membuat cekungan raksasa agar bisa menenggelamkan Gunung Lawu.
Joko Lelung yang mengetahui niat jahat kedua orangtuanya, akhirnya bersemedi agar mereka tak jadi melakukan hal buruk tersebut.
Sang Hyang Widhi pun mengabulkan permintaan Joko Lelung, lalu Kyai dan Nyai Pasir bisa berhenti membuat cekungan.
Meski berhenti, cekungannya masih tetap ada dan terisi air hingga penuh, kemudian terbentuklah Telaga Sarangan.
Sementara itu, Kyai dan Nyai Pasir disebutkan secara perlahan berubah menjadi mahluk tak kasat mata.
Baca juga: Wisata Gunung Blego via Magetan, Ada Telaga Tanpa Air di Puncaknya
Pasangan suami istri itu, dipercaya diberikan anugerah umur panjang dan dipercaya masih menunggu Telaga Sarangan sampai saat ini.
Meski hanya legenda, banyak penduduk yang memercayai kisah tersebut, dan setiap menjelang bulan Ruwah atau puasa, masyarakat sekitar akan menggelar upacara bersih desa.
Ada juga upacara labuh sesaji, yakni memberikan hasil desa untuk tolak bala, hal tersebut dilakukan dalam memperingati terbentuknya Telaga Pasir.
Upacara itu juga dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada roh leluhur, yakni Kyai dan Nyai Pasir yang merupakan cikal bakal Desa Sarangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.