Rafael mengkhawatirkan, harga masuk yang terlalu tinggi akan membuat sebagian wisatawan enggan datang ke Taman Nasional Komodo.
"Konsekuensi logisnya adalah pelaku pariwisata lokal akan kehilangan mata pencarian dan sektor pariwisata diprediksi akan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu atau kelompok bermodal saja," tegas Rafael dalam rilis yang dikirim ke Kompas.com, Kamis siang.
View this post on Instagram
Selain harga masuk, ia juga menyoroti pembatasan 200.000 wisatawan per tahun.
Baca juga: 29 Bayi Komodo di Kebun Binatang Surabaya: Secercah Harapan
Menurut dia, jika pembatasan tersebut diterapkan, dikhawatirkan hanya pelaku usaha yang mendapatkan keuntungan karena kedatangan tamu menjadi tidak merata.
"Atas alasan tersebut, kami menolak dengan keras penggunaan standar kuota di dalam memasuki Taman Nasional Komodo," tegasnya.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (27/6/2022), Pemerintah NTT dan Balai Taman Nasional Komodo berencana menerapkan biaya masuk ke konservasi TN Komodo Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun.
Biaya tersebut disebut mempertimbangkan biaya konservasi.
"Dengan mempertimbangkan biaya konservasi, (biaya) Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun, dan untuk kuota kunjungan ke TNK akan dibatasi 200.000 orang per tahun," kata Koordinator Pelaksana Program Penguatan Fungsi TN Komodo Carolina Noge di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, kepada Kompas.com, Senin.
Baca juga: Banyak Wisatawan Kena Serangan Jantung di TN Komodo, Pemda Perkuat Sektor Kesehatan
Ia menambahkan, biaya tersebut rencananya diterapkan secara kolektif tersistem, Rp 15 juta per empat orang per tahun.
Hitungan tersebut diambil dari pertimbangan biaya konservasi akibat hilangnya nilai jasa ekosistem karena lonjakan kunjungan wisatawan ke TNK.
"Pengunjung nantinya bebas datang, dengan komponen biayanya nanti akan kita bahas satu-satu untuk apa aja sih sebenarnya. Tapi, ujung-ujungnya nanti untuk konservasi tadi karena nilai jasa ekosistem yang hilang tadi Rp 11 triliun," kata Carolina.
Baca juga: Syarat Wisata ke Taman Nasional Komodo NTT, Wajib Punya Surat Sehat
Sementara mengenai pembatasan pengunjung, Kepala Kajian Daya Dukung Daya Tampung TNK Irman Firmansyah bahwa naiknya aktivitas wisata di TN Komodo sejak 2010 menyebabkan hilangnya nilai jasa ekosistem. Ia menyebutkan, angkanya lebih kurang Rp 23 triliun pada 2045.
Untuk itu, tim kajian menilai perlu ada pembatasan pengunjung sehingga di waktu mendatang tidak melebihi kapasitas yang ditentukan, yakni maksimal hingga 292.000 orang.
"Kalau kunjungan tidak dibatasi dan melebihi kapasitas yang ditentukan, 292.000 orang, maka nilai jasa ekosistem yang hilang bisa mencapai Rp 11 triliun," ujarnya dalam konferensi pers di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, seperti dikutip Kompas.com, Senin.
Adapun perhitungan biaya konservasi berkisar antara Rp 2,94 juta hingga Rp 5,88 juta per tahun.
Baca juga: Pesona Pulau Kalong di TN Komodo, Habitat Ribuan Kelelawar
Irman memerinci, biaya tersebut akan digunakan untuk sejumlah kegiatan konservasi yang mencakup pemulihan habitat komodo, termasuk penanaman pohon yang digunakan oleh bayi-bayi komodo berlindung dari serangan komodo dewasa.
Kegiatan konservasi lainnya adalah transplantasi terumbu karang, pembangunan water point untuk menjaga kelembapan di titik habitat yang disukai satwa di kawasan TN Komodo, serta pemantauan kualitas air.
"Untuk pemulihan tanaman sebagai habitat komodo, penanaman terumbu karang. Akan ada transplantasi terumbu karang tiga tahun sekali lebih kurang 150 hektar. Ini kan butuh pembiayaan," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.