Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Mempersoalkan Skema Bisnis PT Flobamor di Taman Nasional Komodo

Kompas.com - 03/08/2022, 08:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbagai akses dan kemudahan disediakan negara, mulai dari regulasi, kebijakan pembatasan pengunjung atau kenaikan tiket demi akumulasi PT Flobamor. Ini skema bisnis yang murni kapitalis, menggunakan tangan negara menguasai ruang dan pasar.

Baca juga: Biaya Masuk TN Komodo Naik, Konsep Konservasi Dipertanyakan

Jika demikan soalnya, ini adalah bentuk tak kelihatan dari privatisasi TNK atas bantuan tangan negara.

Group-group bisnis di republik ini sudah sangat lihai membuat skema bisnis dengan pemerintah daerah. Jika ada regulasi ketat yang tak memungkinkan mereka masuk secara langsung berbisnis, seperti di TNK, mereka gunakan saja BUMD milik provinsi untuk bisnis. Yang kelihatan ke publik memang perusahaan daerah, tetapi cara mereka berbisnis murni kapitalis, pengeruk untung.

Kita butuh jawaban jujur dari Pemprov NTT terkait skema bisnis dan tujuan bisnis PT Flobamor di TNK. Jika kepentingannya untuk menaikan penerimaan daerah melalui BUMD agar pertumbuhan daerah naik, mengapa berbisnis dengan cara monopolistik?

Jika itu yang harapkan, maka, logika pemerintah daerah dalam pertumbuhan adalah trickle-down-effect atau efek kucuran ke bawah yang banyak dikritik para ekonom seluruh dunia saat ini? Trickle-down-effect itu hanya menguntungkan kelas elite, bukan rakyat kecil, seperti rakyat miskin di NTT.

Bukankah pelaku-pelaku pariwisata dan pelaku usaha kecil di Labuan Bajo itu bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah jika pariwisata meningkat?

Pertumbuhan pariwisata sangat tergantung pada mobilitas dan arus manusia masuk ke Labuan Bajo. Semakin besar mobilitas manusia, pertumbuhan daerah pasti meningkat, karena multiplier-effect-nya sangat besar. Wisatawan yang masuk akan membuat roda ekonomi rakyat berputar, konsumsi daerah meningkat dan kelak pariwisata super premium itu bisa dinikamati semua rakyat NTT, bukan segelintir pihak.

Perlu transparan & hentikan.

Karena itu, saya sangat terharap jawaban terbuka Pemprov NTT terkait eksistensi PT Flobamor agar tidak menimbulkan kecurigaan terus-menerus. Pemprov NTT harus menjelaskan secara rinci dan detail skema-skema bisnis PT Flobamor sebagai perusahaan daerah.

Pemprov juga perlu menjelaskan secara transparan, siapa mitra bisnis PT Flobamor dan mengapa dana bagi hasil dari kenaikan tiket lebih besar ke PT Flobamor daripada untuk biaya konservasi?

Jika perlu, Pemprov NTT menghentikan aktivitas bisnis PT Flobamor yang membunuh usaha pelaku pariwisata di Labuan Bajo.

Pemprov dan KLHK juga perlu menimbang ulang, menghentikan kebijakan kenaikan tiket masuk ke Komdo dan Padar agar pariwisata Labuan Bajo kembali bergairah seperti sediakala. Pengkaplingan ruang dan wilayah TNK hanya untuk kepentingan bisnis tak dibenarkan, karena pariwisata Labuan Bajo untuk semua orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

Hotel Story
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com