KOMPAS.com - Lomba balap karung identik dengan perayaan 17 Agustus. Lomba ini dapat dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Tak sekadar lomba, ternyata balap karung memiliki sejarah panjang. Bahkan, lomba sederhana ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Berikut fakta-fakta lomba balap karung dirangkum dari Kompas.com dan Tribun News Wiki.
Baca juga: 20 Ide Lomba 17 Agustus yang Unik dan Meriah
Sebagai salah satu permainan tradisional, ternyata balap karung merupakan pengaruh dari Belanda.
Pada masa kolonial, sekolah-sekolah Belanda kerap menyelenggarakan lomba balap karung pada setiap perayaan.
Sumber lain menyebutkan, lomba balap karung berasal pada masa penjajahan Jepang.
Saat romusha, atau kerja paksa Jepang, rakyat Indonesia terpaksa menggunakan pakaian berbahan dasar karung goni. Sebab, pemerintah Jepang sengaja menghambat proses distribusi pakaian.
Karung goni tersebut tidak nyaman dipakai, karena banyak terdapat kutu. Oleh sebab itu, rakyat Indonesia menderita penyakit kulit.
Baca juga: 7 Wisata Sejarah Kemerdekaan RI, Pas Dikunjungi Saat 17 Agustus
Istilah balap karung pertama kali digunakan di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tidak ada arsip yang menjelaskan secara pasti tentang asal usul permainan balap karung.
Baca juga: 30 Ucapan HUT Ke-77 RI, Cocok untuk Dibagikan ke Media Sosial
Namun, permainan ini diyakini sudah dimainkan oleh masyarakat Jakarta, khususnya orang-orang Betawi, sejak masa penjajahan Belanda.
Awalnya, lomba balap karung dimainkan oleh anak-anak usia 6-12 tahun. Namun, seiring perkembangannya orang dewasa juga turut serta pada lomba balap karung.
View this post on Instagram
Cara bermain lomba balap karung terbilang mudah. Jumlah peserta terdiri dari empat hingga enam orang.
Setiap peserta mengenakan karung goni atau karung beras ukuran 50 kilogram. Selanjutnya, setelah aba-aba oleh wasit maka setiap peserta bergegas menuju garis finish.
Arena permainan lomba balap karung cukup luas, dengan panjang 15-20 meter dan lebar 3-4 meter. Tujuannya, agar antar peserta tidak saling bertabrakan.
Lomba balap karung cukup mengundang gelak tawa. Sebab, banyak peserta yang jatuh karena kesulitan menggunakan karung.
Baca juga: Cara Ikut Upacara HUT Ke-77 RI di Istana Merdeka dan Online
Seiring perkembangan zaman, kreasi lomba balap karung bermunculan. Salah satunya adalah setiap peserta lomba balap karung wajib mengenakan helm.
Selain bentuk kreasi, helm juga berfungsi untuk melindungi kepala peserta khususnya anak-anak jika terjatuh saat lomba.
Baca juga: Aturan Pasang Bendera Merah Putih Saat 17 Agustus
Kreasi lainnya adalah lomba balap karung menggunakan kostum-kostum unik.
Meskipun lomba, namun tidak terlihat para peserta saling berkompetisi. Sebaliknya, sesama peserta kerap terlihat saling menertawakan satu sama lain.
Terdapat beragam makna yang bisa diambil dari lomba sederhana ini. Utamanya, adalah nilai persaudaraan, karena semua elemen masyarakat menjadi satu dalam semangat perayaan hari kemerdekaan RI.
Baca juga: 17 Agustus 2022 HUT Keberapa RI? Simak Sejarahnya
Selain itu, lomba balap karung mengandung nilai sportifitas karena semua pemain menerima kekalahan dengan lapang dada. Namun, menang atau kalah tidak penting dalam lomba 17 Agustus, karena semangatnya adalah memeriahkan perayaan hari kemerdekaan RI.
Lomba balap karung juga mencerminkan nilai kerja keras. Sebab, peserta bisa saja jatuh, namun kemudian bangkit dan berlari lagi sampai garis finish.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.