Selanjutnya Mosalaki dan semua warga yang hadir melingkari batu, yang diyakini sebagai tempat arwah leluhur, sembari melafalkan syair adat berupa permohonan khusus untuk kesejahteraan masyarakat Ende Lio.
Kemudian, sesajen berupa nasi merah, tuak atau moke (minuman tradisional), sirih pinang, hati, dan jantung babi yang sudah dimasak diletakan di atas batu.
Baca juga: Taman Renungan Bung Karno di Ende NTT, Tempat Lahirnya Pancasila
Bupati Ende Djafar Achmad mengatakan, Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata merupakan ritual tahunan dalam rangkaian kegiatan sepekan Festival Kelimutu.
Dikatakan, ritual ini merupakan salah satu daya tarik wisata budaya bagi pengunjung TNK. Oleh sebab itu, ritual ini terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang sebagai aset nilai budaya.
"Saya juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas terselenggaranya ritual ini sehingga bisa berjalan lancar," kata Djafar.
Baca juga: Makna Baju Adat Ende yang Dipakai Jokowi saat Hari Lahir Pancasila
Sementara itu, musisi dan budayawan Ende, Amatus Peta mengatakan, ritual Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata merupakan warisan budaya masyarakat Ende.
Hanya saja, pelaksanaan ritual di Danau Kelimutu baru dilakukan selama beberapa tahun terakhir.
"Kenapa harus di Danau Kelimutu. Berdasarkan mitos orang Lio bahwa semua arwah orang meninggal akan berkumpul di Kelimutu," ujar Amatus saat dihubungi, Senin (15/8/2022).
Baca juga: Menyusuri Pantai Utara Flores NTT dari Maumere ke Labuan Bajo
Amatus mengatakan, setiap orang yang mengikuti ritual harus menjaga kenyamanan dan keamanan.
Ia juga berharap, ritual ini terus dilakukan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.