Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Munculnya Keroncong di Indonesia, Berawal dari Kampung Tugu

Kompas.com - 28/09/2023, 06:36 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara banyaknya ragam seni musik yang ada di Indonesia, musik keroncong adalah salah satu yang cukup populer hingga saat ini.

Usut punya usut, musik keroncong berkembang di Indonesia karena awalnya dibawa oleh orang Portugis ke Kampung Tugu. 

Baca juga: Menelusuri Sejarah Hadirnya Orang Portugis di Kampung Tugu

Pada saat itu ada lima instrumen utama yang dibawa oleh orang tugu yakni prounga, macina, jitera (gitar), biola, dan rebana. 

Saat ini, perkembangan musik keroncong di Kampung Tugu bisa dilihat di Rumah Tugu. Adapun pemilik Rumah Tugu yaitu Andres Michiels.

Menurut penuturan keturunan ke-10 Michiels, keroncong dulunya ialah musik kaum budak. Saat ini, lanjutnya, keroncong sangat diminati oleh masyarakat Indonesia, orang-orang keturunan Indonesia-Belanda, bahkan orang Belanda itu sendiri.

"Bahkan orang Belanda sendiri pada zaman kolonial sangat suka dengan musik keroncong," kata Arthur di Kampung Tugu, Jakarta Utara, Rabu (27/9/2023).

Meskipun mulanya cukup digemari, perjalanan mempertahankan musik keroncong pun tidak mudah. Musik keroncong sempat terhenti, sebelum akhirnya bangkit kembali hingga saat ini.

Baca juga: Jejak Portugis di Kampung Tugu, Ada Gereja Berusia Lebih dari 2 Abad

Perkembangan musik keroncong di Kampung Tugu

Rumah Tugu, pusat kesenian grup musik Krontjong Toegoe, Jakarta Utara, Rabu(27/9/2023).Kompas.com/Suci Wulandari Putri Rumah Tugu, pusat kesenian grup musik Krontjong Toegoe, Jakarta Utara, Rabu(27/9/2023).

Guna mengetahui lebih lanjut seputar lika liku perkembangan musik keroncong, Kompas.com berkesempatan ikut tur wisata jalan kaki yang diadakan oleh Wisata Kreatif Jakarta dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Utara dalam rangka Hari Pariwisata Dunia, Rabu (27/9/2023).

Di Rumah Tugu di Kampung Tugu, Arthur bercerita, setelah bangsa Jepang masuk ke Indonesia, musik keroncong sempat terhenti.

"Ketika zaman penjajahan Jepang, kegiatan bermusik (keroncong) ini terhenti, karena Jepang sangat menolak hal-hal yang berbau barat," kata Arthur.

Bahkan, katanya, pascakemerdekaan Republik Indonesia, orang tugu masih tidak berani memainkan musik keroncong.

Baca juga: Rabo-rabo, Tradisi Tahun Baru Kampung Tugu Jakarta

Grup keroncong Moresco, tidak ada regenerasi

Grup musik di Kampung Tugu yang mengenalkan musik keroncong pertama kali yaitu grup Moresco.

Setelah melewati masa penolakan zaman Jepang, akhirnya Moresco mulai bermusik kembali pada zaman agresi militer.

"Namun, karena ada peristiwa politik di Kampung Tugu, Kampung Tugu kosong karena warganya di evakuasi ke Holandia pada 1950-an, yang sekarang jadi Jayapura," kata Arthur.

Instrumen keroncong di Rumah Tugu, pusat kesenian grup musik Krontjong Toegoe, Jakarta Utara, Rabu(27/9/2023).Kompas.com/Suci Wulandari Putri Instrumen keroncong di Rumah Tugu, pusat kesenian grup musik Krontjong Toegoe, Jakarta Utara, Rabu(27/9/2023).

Grup Moresco tidak bermain keroncong di Kampung Tugu, tetapi tetap bermain musik di Holandia. Barulah setelah Konsulat Jenderal Portugal kawasan Asia-Pasifik berkunjung ke Kampung Tugu, keroncong Moresco hidup kembali.

Arthur berujar, anggota yang tergabung ke dalam grup Moresco pada saat itu merupakan kalangan orangtua, dan tidak ada regenerasi penerus.

"Terakhir Moresco (bermain keroncong) pada 1986, karena tidak ada regenerasi, akhirnya kelompok keroncong Moresco selesai," katanya.

Baca juga:

Halaman:


Terkini Lainnya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com