Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejar Target Pergerakan Wisnus, Sandiaga Sebut Metode Perhitungan Akan Berubah

Kompas.com - 17/10/2023, 10:10 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan, akan ada perubahan metode perhitungan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus).

"Target wisatawan nusantara ini kita akan mengejarnya, karena pertengahan tahun mencapai 433 juta, sementara tahun ini ditargetkan 1,2 sampai 1,4 miliar. Saya melihat akan ada kemungkinan perubahan metode perhitungan," kata dia.

Pernyataan itu Sandiaga sampaikan dalam program The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (16/10/2023).

Baca juga: Wisatawan yang Snorkeling di Labuan Bajo Diimbau Lebih Peduli Terumbu Karang

Dalam hal ini, ia mengambil contoh wisnus asal Lombok Tengah yang menyaksikan acara MotoGP 2023 di Mandalika lebih dari enam jam.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Banyak pergerakan yang tidak tercatat

Menurut Sandi, kegiatan yang dilakukan oleh wisnus tersebut juga termasuk kegiatan berwisata.

Namun, hal ini tidak dihitung lantaran pergerakan yang dilakukan oleh wisnus tidak melintasi kabupaten asal.

Para penonton MotoGP Mandalika. DOK INJOURNEY Para penonton MotoGP Mandalika.

Ia juga mencontohkan masyarakat Jakarta yang hendak berwisata ke Kebun Binatang Ragunan di Jakarta Selatan, ini juga termasuk melakukan pergerakan wisata.

"Itu kegiatan wisata, itu bergerak wisatawan nusantara, tapi tidak tercatat karena tidak melintasi kota dan tempat yang mereka tinggalkan," kata Sandi.

Maka dari itu, ia mengatakan bahwa perubahan metode perhitungan ini akan didalami dan dikoordinasikan lebih lanjut dengan pada ahli dan Badan Pusat Statistika (BPS).

Baca juga: 4 Karakteristik Wisatawan Indonesia Saat Ini, Kejar Pengalaman

"Iya (metode perhitungan akan berubah), ini yang sedang dalam pembicaraan karena kalau di China itu (perhitungan pergerakan wisatawan) per kecamatan," terang Sandi.

Ia melanjutkan, jika melihat perhitungan negara lain, pegerakan wisatawan di lingkup kecamatan, seperti halnya China, sudah masuk ke dalam satu destinasi wisata, dan sudah termasuk kategori perjalanan wisata.

"Kita ingin definisi ini memberikan data yang tepat, karena kalau datanya tidak tepat nanti kebijakannya juga tidak tepat. Kita semua membuat kebijakan berbasis data," pungkas Sandi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com