Dalam tulisan yang dipajang di area lokasi wisata tersebut, Noyo Sentiko atau Noyo Gimbal merupakan sosok pejuang antikolonialisme belanda pada abad ke-18 dan dikenal sebagai pahlawan yang berani dan tangguh.
Penyebutan Noyo Sentiko menjadi Noyo Gimbal dilatarbelakangi rambut panjangnya yang menjadi gimbal akibat bercampur keringat dan darah musuh saat bergerilya. Dahulu, Noyo Gimbal menuntut ilmu di daerah Nglengkir, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
Baca juga: Bupati Blora: Pembangunan Ruas Jalan Jepon-Bogorejo Senilai Rp 6,48 Miliar
Dari kisah perjuangan Noyo Gimbal bergerilya melawan penjajah, kemudian muncul nama-nama desa yang saat ini dikenal sebagai Desa Bangsri, Desa Semampir, hingga Desa Kemiri.
Patung Noyo Gimbal dibuat sebagai bagian dan upaya melestarikan identitas lokal dan budaya Blora. Patung tersebut melambangkan semangat patriotisme dan nasionalisme karena rela berkorban untuk melawan penjajah.
Patung ini juga sebagai simbol kebanggaan akan sejarah perjuangan bangsa dan mengingatkan masyarakat akan pentingnya mencintai dan mempertahankan kemerdekaan.
Dengan menghadirkan tokoh legendaris dari patung tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat Blora bangga terhadap warisan budaya dan sejarah mereka.
Noyo Gimbal pernah bersumpah tidak akan memotong rambutnya hingga penjajah kolonial belanda mundur dan hengkang dari tanah Jawa.
Pembangunan patung di lokasi wisata tersebut membutuhkan waktu sekitar 70 hari yang dibuat dari kerangka besi berlapis semen.
Baca juga: Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar
Pemilihan warna emas agar patung tidak terlalu mencolok saat dilihat. Sedangkan patung tersebut dibuat oleh seorang perajin seni rupa desa setempat bernama Derry Gudha Dharma.
“Kita ingin mengangkat sejarah beliau karena sudah terukir sejak tahun 1856, jadi kita cucu-cucunya akan melestarikan dan merawat, serta memperkenalkan leluhur atau tokoh pahlawan Noyo Sentiko,” terang dia.