JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai para bupati dan wali kota di Indonesia sering keliru dalam penyelenggaraan festival atau event. Kesalahan tersebut terkait penganggaran kegiatan festival.
"(Untuk event) itu ada pre-event, event, ada post-event. Para bupati dan wali kota itu sering salah. Seharusnya maksimal 50 persen untuk event dan 50 persen untuk promosi," kata Arief dalam sambutan Launching Calendar of Event Bengkulu 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (7/12/2017).
(Baca juga : Wisman Takjub, 1.500 Penari Tampil di Festival Nusa Penida 2017)
Menurutnya, seringkali penyelenggaraan event hanya fokus di hari kegiatan. Padahal, lanjutnya, pre-event dan post-event juga penting untuk dianggarkan.
"Zaman sekarang itu kenyataan itu tak penting, persepsi yang penting. Jadi 50 persen harus pre-event. Woro-woronya itu harus lebih besar. Lalu on event 30 persen, post-event 20 persen. Wali kota kita salah. Menyelenggarakan event itu cuma dinikmati sendiri," ujar Arief saat berbicara di depan bupati dan wali kota Provinsi Bengkulu.
Menurutnya, agenda pariwisata itu mesti memiliki nilai budaya dan nilai komersial sehingga bisa diketahui secara luas dan memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.