BANJARNEGARA, KOMPAS.com – Gelaran Dieng Culture Festival 2019 memasuki hari kedua. Salah satu rangkaian acara yang digelar pada hari kedua ini adalah pentas seni kebudayaan dieng.
Salah satu kesenian tradisional yang ditampilkan dalam pentas seni ini bernama Kubro Siswo. Banyak orang yang menganggap jika kesenian ini adalah jathilan. Hal itu wajar karena kesenian ini ditampilkan hampir sama dengan jathilan.
Baca juga: Pusakata Bikin Dieng Culture Festival 2019 Makin Syahdu
Pertunjukan ini menampilkan sekelompok pendari yang didandani berbagai macam. Ada yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang mengenakan kostum kerbau, leak, dan juga rangda. Mereka diiringi oleh musik gamelan tradisional dan angklung.
Awal disajikan, pertunjukan ini mungkin dirasa biasa bagi beberapa pengunjung yang datang karena penari akan menari sambil diiringi musik gamelan. Namun, keseruan Kubro Siswo baru akan dimulai setelahnya.
Para Penari yang Kesurupan
Ternyata pentas kesenian ini tidak sembarangan. Penampilan ini melibatkan ritual untuk mendatangkan makhluk ghaib yang akan merasuki penari yang sedang tampil. Saat kesurupan, mereka akan bertingkah aneh, salah satunya seperti harimau.
Saat penari kesurupan, mereka akan terlebih dahulu diberi sesaji seperti air kelapa atau minuman air kembang. Setelah itu, mereka akan menari sambil mengikuti alunan musik gamelan. Gerakan penari yang kesurupan akan berbeda dari penari lainnya.
Salah satu penari bernama Wiyan mengatakan jika saat kesurupan rasanya tidak karuan. Ia menceritakan pengalamannya saat ditemui KompasTravel usai acara. Menurutnya, ia tidak sadar saat kesurupan.
Penari yang kesurupan akan dibawa menuju sebuah tenda yang berada di sebelah timur panggung saat sudah saatnya untuk dinetralkan. Biasanya penari akan pingsan saat tubuhnya tidak kuat ketika dirasuki. Dalam tenda itu, ia akan dibersihkan dari proses kesurupan.
Tak Hanya Penampil yang Kesurupan
Namun, keseruan penampilan Kubro Siswo tidak hanya terbatas pada penampil saja. Ternyata penonton pun bisa kesurupan. Saat pementasan tengah berlangsung, tiba-tiba beberapa penonton di sekitar panggung mulai kesurupan.
Mereka pun akan bertingkah aneh, seperti menggeram bagai macan. Hal itu tentu mengejutkan penonton yang ada di sekitar orang kesurupan itu. Jika ada penonton kesurupan, anggota tim penampil dari grup kesenian Tirtas Sura akan segera menanganinya.
Sama seperti penari, ia akan diberi sesaji juga seperti air kembang atau kelapa. Setelah diberi sesaji, ia akan ikut menari dan bergabung dengan penampil lainnya. Biasanya penonton akan pingsan yang menandakan ia harus segera dinetralkan.
Terkadang penari atau penonton yang kesurupan pun akan bertindak di luar kendali. Bisa jadi mereka akan berkelahi satu sama lain, bahkan sampai menubruk rombongan penonton. Hal itu jelas membuat penonton lain deg-degan.
Menurut ketua grup kesenian Tirta Sura, Sugiyo Ma’rifat, semua orang yang hadir pada pementasan ini, termasuk penonton memang bisa kesurupan. Namun, masyarakat keturunan Dieng atau yang punya keturunan Dieng lebih besar kemungkinannya untuk dirasuki.