Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

Semakin Diminati, Kemenparekraf Gencar Promosi Desa Wisata

Kompas.com - 16/05/2021, 13:53 WIB
Hotria Mariana,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.comDesa wisata atau rural tourism merupakan salah satu sektor pariwisata yang tengah digencarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).

Pasalnya, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Uno, sektor tersebut tengah menjadi tren pariwisata di dunia saat ini sehingga peminatnya juga banyak. 

Hal itu, kata Sandiaga, lantaran desa wisata menawarkan pengalaman tamasya yang berbeda. Wisatawan dapat berinteraksi dengan alam, budaya, dan masyarakat lokal.

Pengelolaan desa wisata di Indonesia sendiri merupakan bagian dari program pengembangan pariwisata berkelanjutan dan masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Adapun rencana tersebut bertujuan mempercepat kebangkitan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Arsitektur Ikonik Rumah Adat Nusantara

Melihat urgensi tersebut, pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri.

Namun, Sandiaga menekankan, langkah pengembangan desa wisata tidak akan berjalan maksimal tanpa kontribusi komunitas pendukung.

Guna memperkuat pengembangan desa wisata, Kemenparekraf/Baparekraf juga berkolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Adapun tugas Kemendes PDTT, yaitu mendorong infrastruktur dari sebuah desa wisata. Sementara, Kemenparekraf/Baparekraf berperan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta sarana prasarana terkait pariwisata dan ekonomi kreatif di desa wisata tersebut.

Masuknya desa wisata sebagai salah satu prioritas pengembangan Kemenparekraf/Baparekraf bukan tanpa alasan. Sandiaga berkata, desa wisata di Indonesia punya potensi besar untuk menyumbang pendapatan negara.

“Sebanyak 15 persen dari total kapasitas amenitas Eropa berada di desa wisata yang berkelanjutan. Begitu juga dengan serapan tenaga kerja, desa wisata memiliki kontribusi yang besar untuk mengatasi masalah pengangguran,” kata Sandiaga dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (12/5/2021).

Baca juga: Animator Indonesia Terlibat dalam Beberapa Proyek Film Hollywood

Di Inggris, Sandiaga melanjutkan, sebayak 12 persen lapangan kerja disumbang dari desa wisata. Jika jumlah tersebut mampu diadaptasi di Indonesia, desa wisata dapat menjadi solusi bagi permasalahan tenaga kerja di Tanah Air.

“Indonesia memiliki 74.000 desa yang dapat dioptimalkan sebagai desa wisata. Masing-masing desa itu pun punya kearifan lokal tersendiri. Hal ini akan menambah nilai bagi wisatawan yang ingin berkunjung,” kata Sandiaga.

Penampilan kesenian Gendang Beleq di desa wisata Dusun Sasak, Sade, Rembitan , Pulau Lombok. SHUTTERSTOCK/FARIZUN AMROD SAAD Penampilan kesenian Gendang Beleq di desa wisata Dusun Sasak, Sade, Rembitan , Pulau Lombok.

Kontribusi komunitas dalam pembangunan desa wisata

Dalam rangka mempercepat perkembangan desa wisata, pemerintah juga melakukan strategi promosi digital. Dengan menggandeng industri kreatif, seperti Traval.co dan Caventer, Kemenparekraf/Baparekraf mengadakan tur virtual ke 10 desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia.

Adapun acara bertajuk “Surga yang Tersembunyi” tersebut digelar pada 30 Januari hingga 28 Februari 2021.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com