Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa di Laut Mati Bisa Mengapung? Simak Penjelasan Ilmiahnya

Kompas.com - 05/04/2022, 18:36 WIB
Ulfa Arieza ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laut Mati merupakan perairan yang unik, berbeda dari wilayah perairan pada umumnya. Sebab, manusia tidak bisa tenggelam alias mengapung di Laut Mati. 

Mengutip situs Dead Sea, Laut Mati sebetulnya merupakan sebuah danau yang airnya sangat asin. Bahkan salah satu dari empat perairan paling asin di dunia. Lokasinya berada di perbatasan antara Israel dan Yordania.  

Baca juga: Mengapa Laut Mati Disebut Laut Mati?

Keistimewaan Laut Mati itu menjadi daya tarik bagi wisatawan internasional untuk mengujungi danau tersebut. Para pengunjung membuktikan langsung bahwa mereka bisa mengapung di Laut Mati, berbeda dengan laut pada umumnya. 

Selain itu, air di Laut Mati dipercaya banyak membawa manfaat bagi kulit. Berikut beberapa fakta mengenai Laut Mati seperti dirangkum Kompas.com

Kenapa orang bisa mengapung di Laut Mati?

Ada sejumlah penjelasan ilmiah yang menjelaskan kenapa orang bisa mengapung di Laut Mati.

Berdasarkan informasi dari situs Dead Sea, hal tersebut disebabkan oleh tingginya konsentrasi garam atau salinitas air di Laut Mati.

Dengan tingkat salinitas yang tinggi, maka air di Laut Mati memiliki tingkat densitas atau kepadatan jauh lebih daripada air tawar biasa.

Fenomena itu membuat berat badan manusia lebih ringan karena kepadatannya lebih rendah dibandingkan kepadatan air di Laut Mati. Oleh sebab itu, tubuh manusia bisa mengapung di permukaan Laut Mati.

Baca juga:

Berdasarkan informasi dari situs Science ABC, tingkat salinitas di Laut Mati mendekati 35 persen. Itu berarti, kandungan garam di Laut Mati setara 342 gram per kilogram air Laut Mati. 

Tingginya salinitas di Laut Mati disebabkan air Laut Mediterania terkurung di dalam danau tersebut, seperti dikutip dari Dead Sea. 

Kemudian, terjadi penguapan air secara bertahap selama bertahun-tahun dipicu oleh iklim panas di gurun sekitar Laut Mati.

Air Laut yang tidak dapat keluar itu, kemudian terkena suhu sangat dan menguap sehingga menyebabkan salinitas yang tinggi. Kandungan garam juga berasal erosi batuan di darat. 

Baca juga: Akuarium di California Gelar Pameran Hewan Laut Dalam yang Langka

Terbentuknya Laut Mati 

Laut Mati.DEAD SEA Laut Mati.

Ada sejumlah terori tentang terbentuknya Laut Mati. Salah satunya adalah Laut Mati terbentuk sekitar 3,7 juta tahun yang lalu, dari daerah yang sekarang dikenal sebagai Lembah Sungai Yordan, seperti dikutip dari Dead Sea

Lembah tersebut berulang kali dibanjiri air dari Laut Mediterania. Perairan tersebut menciptakan laguna yang disebut Laguna Sedom. 

Baca juga: Laut Mati Ternyata Ada di Indonesia, Benarkah Tak Ada Kehidupan di Dalamnya?

Kemudian, sekitar dua juta tahun lalu, tanah di antara laguna ini dan Laut Mediterania naik, sehingga air laut tidak dapat lagi membanjiri daerah tersebut. Akibatnya, tercipta danau yang terkurung daratan.

Seiring waktu berjalan, terjadi pergeseran lempeng tektonik sehingga menyebabkan naik turunnya dasar daratan. Selain itu, iklim gurun yang panas menyebabkan penguapan secara bertahap dan menyusutnya air danau. 

Oleh sebab itu, Laut Mati menjadi titik terendah di muka bumi karena hasil proses vulkanik yang menyebabkan penurunan tanah terus menerus.

Permukaan air Laut Mati sekitar 430 meter di bawah permukaan laut, dan terus turun sekitar satu meter setiap tahun. Oleh sebab itu, Laut Mati menjadi tempat terendah di bumi.  

Kondisi geografis Laut Mati sedikit berubah selama bertahun-tahun. Saat ini, panjangnya 50 kilometer dan lebar maksimal 15 kilometer. Kedalamannya sekitar 380 meter dan berisi sekitar 40 miliar galon air. 

Permukaan air Laut Mati telah surut secara bertahap, dengan kecepatan rata-rata tahunan sekitar 110 centimeter. Hal ini menyebabkan beberapa kekhawatiran tentang apakah Laut Mati akan mengering suatu saat nanti. 

Baca juga: 10 Pantai dengan Ombak Tertinggi di Dunia, Incaran Para Peselancar

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Travel Update
5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

Jalan Jalan
5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com