KOMPAS.com - Museum MACAN di Jakarta Barat mengadakan pameran karya perupa asal Filipina, Isabel dan Alfredo Aquilizan, selama lima bulan, tepatnya mulai Sabtu (24/6/2023) hingga Minggu (8/10/2023).
Bertajuk Somewhere, Elsewhere, Nowhere, pameran ini menampilkan instalasi berskala besar, patung, dan seni gambar yang telah dibuat selama lebih dari 20 tahun praktik kolaboratif pasangan tersebut.
Baca juga:
"Mereka dikenal lewat perspektif unik yang biasanya berkisar pada lingkungan rumah dan keluarga. Menggunakan bahan material sederhana dan mudah ditemukan," kata Asisten Kurator Museum MACAN, Aditya Lingga kepada Kompas.com, Selasa (4/7/2023).
Beberapa material dalam karya Isabel dan Alfredo Aquilizan, antara lain berupa kardus, sandal jepit, sikat gigi, dan selimut.
Bagi mereka, material-material tersebut merupakan media sederhana yang dapat membangkitkan ide-ide mengenai identitas individu, sejarah, perjalanan, dan migrasi.
Jika tertarik berkunjung, berikut informasi mengenai beberapa instalasi bermakna dan bisa kamu temukan dalam pameran tersebut.
Telah dibuat sejak 1997 hingga 2023, karya ini dikembangkan untuk The 6th Havana Biennale di Kuba pada tahun 1997. Terdiri dari banyak sikat gigi bekas, karya ini bertujuan merespons gagasan mengenai “penghapusan dan kenangan".
"Mereka merasa perlu mengambil satu obyek yang kira-kira bisa merepresentasikan orang-orang yang dijajah," ujar Lingga.
Menurut pasangan Aquilizan, sikat gigi yang sudah tidak dipakai layaknya suatu bangsa yang telah dikolonialisasi. Identitas serta budaya mereka telah hilang.
Baca juga: Pameran Terbaru Museum MACAN 2023: Jam Buka dan Harga Tiket
Selanjutnya, ada karya berbentuk layaknya sayap malaikat, yang disusun dari ratusan sandal jepit bekas dari kumpulan sampah yang terbawa di pinggir pantai Filipina.
"Mereka bekerja untuk sebuah proyek di Bagasbas, desa nelayan di Filipina, lalu melihat tumpukan sampah, terutama sandal jepit bekas pakai yang hanyut ke pantai terbawa ombak," tutur Lingga.
Sandal jepit dikatakan hampir dimiliki semua lapisan masyarakat, terutama penduduk di Asia Tenggara. Karya ini melambangkan identitas, kebebasan, serta kemampuan untuk terbang yang direpresentasikan melalui sayap para malaikat.
Baca juga: Museum Macan Jakarta: Harga Tiket, Jam Buka, dan Aturan berkunjung
View this post on Instagram