Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi Tepung Tawar di Riau, Bentuk Rasa Syukur

Kompas.com - 30/07/2023, 22:46 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Tradisi adat yang khas bisa membantu meningkatkan daya tarik destinasi dan menarik kunjungan wisatawan.

Jika sedang singgah di Desa Wisata Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, ada sebuah tradisi adat khas Melayu yang memiliki kearifan budaya tinggi.

Nama tradisi tersebut adalah Tepung Tawar.

Adapun Desa Wisata Pulau Penyengat masuk ke dalam daftar 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Baca juga: 5 Aktivitas di Pulau Penyengat Riau, Bisa Belajar Adat Melayu

Tradisi Tepuk Tepung Tawar adalah upacara adat Melayu Riau peninggalan raja-raja terdahulu.

Biasanya, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas terkabulnya satu keinginan atau usaha.

Dalam prosesi, penaburan "tepung tawar" diiringi dengan pembacaan doa dan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran.

“Ini merupakan tradisi yang sangat sarat dengan kearifan budaya kita, dan ini harus terus kita lestarikan,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno usai mengikuti prosesi Tepung Tawar di Balai Adat Indra Perkasa, Pulau Penyengat, Riau, Sabtu (29/7/2023), seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Pulau Penyengat di Riau dan Potensinya Jadi Pusat Studi Melayu Islam

Sekretaris Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau sekaligus Ketua Dewan Masjid Penyengat, Raja Al Hafiz, menjelaskan, ada sejumlah bahan yang dibutuhkan untuk melakukan prosesi tepung tawar.

Bahan tersebut termasuk beras kunyit, beras putih, beras bertih, dan air tepung tawar. Ada juga daun gandarusa, daun cuang-cuang, dan daun ribu-ribu.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat mengikuti prosesi tepung tawar di Desa Wisata Pulau Penyengat, Riau, Sabtu (29/7/2023).DOK KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat mengikuti prosesi tepung tawar di Desa Wisata Pulau Penyengat, Riau, Sabtu (29/7/2023).

Beras yang sudah dicuci nantinya diberikan serbuk kunyit, sehingga menjadi beras kunyit. 

“Ada juga padi yang digoreng, keluar seperti kembang, ada lagi air diberi beras sejuk lalu diramu. Maknanya itu memberikan doa, doa akan tamu selamat,” ucap Raja Al Hafiz.

Al Hafiz menambahkan, bahan-bahan tersebut juga memiliki makna tersendiri. 

Baca juga: Masjid Agung Madani Riau, Punya Menara Setinggi 99 Meter 

Beras kunyit, misalnya, melambangkan doa agar diberikan kemurahan rezeki, sementara beras putih melambangkan kesucian dan air tepung tawar melambangkan penyejuk hati.

Menurut Sandiaga, tradisi tersebut perlu untuk dilestarikan karena bisa menambah keunikan dan daya tarik destinasi di depan wisatawan. 

"Jadi ini harus kita pastikan dilestarikan yang merupakan bagian dari pada wisata edukasi," tutur Sandiaga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com