Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aneka Tantangan Wisata Gunung, dari Sampah hingga Pengelolaan Kunjungan

Kompas.com - 27/09/2023, 17:22 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Itok Parikesit mengatakan, saat ini wisata gunung di Indonesia mengalami sejumlah tantangan, dari yang berkaitan dengan lingkungan hingga ekonomi.

“Polusi ini yang lagi ramai (diperbincangkan), sampai di Jakarta masalah polusi, visibility atau jarak penglihatannya tidak lebih dari empat kilometer bahkan tiga kilometer,” ujar Itok dalam Indonesia Mountain Tourism Conference (IMTC) 2023 yang digelar di Jakarta, Rabu (27/9/2023).

Baca juga:

Isu lainnya adalah sampah para wisatawan yang masih banyak ditemukan di kawasan gunung.

“Penemuan sampah plastik di gunung juga merupakan isu yang harus dicari bagaimana pemecahannya ke depannya,” lanjut dia.

Sampah plastik dan jejak karbon

Para porter dan pemandu wisata di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, tengah membersihkan kawasan itu dari tumpukan sampah yang dilakukan secara rutin. Selain persoalan interen antarlembaga pengelola, pembersihan itu terhenti sementara karena tidak ada dana.KOMPAS/KHAERUL ANWAR Para porter dan pemandu wisata di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, tengah membersihkan kawasan itu dari tumpukan sampah yang dilakukan secara rutin. Selain persoalan interen antarlembaga pengelola, pembersihan itu terhenti sementara karena tidak ada dana.

Selain polusi, kata Itok, terdapat tantangan yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Dalam penanganan isu lingkungan di sektor pariwisata, Itok menyampaikan, pihaknya menggandeng mitra-mitra untuk melakukan kampanye beberapa gerakan guna meningkatkan kesadaran terkait dampak perubahan iklim.

“Dengan melakukan kampanye 'Kita Mulai Sekarang', yang betujuan menjaga destinasi, mengurangi sampah plastik, melakukan carbon footprint (jejak karbon) di destinasi wisata, dan sebagainya,” terangnya.

Baca juga:

Sebagai informasi, dilaporkan oleh Kompas.com, Selasa (7/2/2023), jejak karbon merupakan total emisi gas kaca yang dihasilkan oleh manusia sehari-hari.

Sesuai namanya, jejak karbon berkaitan dengan aktivitas individu yang dapat menghasilkan karbon atau gas sejenisnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com