Itok melanjutkan, ada juga tantangan sosiokultural dan ekonomi. Beberapa hal yang bisa dilakukan, menurutnya, salah satunya management visitor atau pengelolaan kunjungan.
“Supaya saat low season (musim sepi pengunjung) tidak sampai low season (rendah sekali) dan ketika high season (musim liburan) juga bisa ditampung sesuai batas,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga berupaya melakukan pemerataan bagi para pemandu wisata gunung sehingga seluruhnya bisa mendapatkan pekerjaan.
Kemudian, kaya Itok, Kemenparekraf juga mempromosikan climate-sensitive dan low-impact tourism alias pariwisata berdampak rendah dan sensitif iklim di kawasan gunung.
Baca juga:
“Lalu melakukan peninjauan secara berkala dan meninjau dampak untuk sumber daya dan sampah yang dihasilkan, dengan tetap tetap menjaga carrying capacity (kapasitas),” ujar Itok.
Masyarakat setempat, ia menjelaskan, juga diberdayakan dalam pengembangan wisata serta memperkuat kerja sama pemerintah dan swasta dalam pengembangan inovasi dan produk.
“Serta mendorong investasi infrastruktur untuk mendukung digitalisasi layanan,” pungkas Itok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.