Namun, tegas Bondan, kuliner kaki lima di Jakarta belum dikelola dengan baik. "Belum ada jajanan kaki lima yang derajatnya diangkat tinggi," katanya.
Bondan melanjutkan, sebagai contoh bisa melihat Singapura yang telah memajukan kuliner kaki lima. Menurutnya, kemajuan kuliner kaki lima di sana tak lepas dari adanya campur tangan pemerintah. "Harga makanan di Singapura cukup murah. Dengan dua dollar bisa mendapatkan makanan di kaki lima. Mereka di sana ekonomi kerakyatan difasilitasi oleh pemerintah," katanya.
Selain itu, pedagang makanan di Singapura telah menerapkan manajemen penyajian dengan mengutamakan kebersihan makanan. "Di sana (Singapura) diajari cara mencuci piring yang benar itu gimana. Juga tidak ada orang ngeracik makanan terus dia nerima uang. Pedagang Singapura kalau terima uang pasti ada orang lain. Tidak langsung dia memegang uang. Kalaupun terima pasti dia lepas sarung tangannya lebih dahulu," papar Bondan.
Untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat kuliner kaki lima tersebut, Bondan menegaskan diperlukan seorang yang berani mendobrak dan mengubah citra kuliner kaki lima. "Kita perlu seorang yang berani mendobrak, berani mengubah dan membawa visi bahwa makanan kaki lima menjadi kebanggaan kita," kata Bondan.
Sehingga turis asing maupun wisatawan lokal yang datang ke pusat kuliner kaki lima mereka percaya tak akan sakit setelah makan di sana. Juga mendapatkan rasa aman karena tidak ada pencopet dan pengamen yang mengganggu suasana makan mereka. "Dengan begitu kita buat mereka (pedagang kaki lima) bangga menjadi kaki lima," tambah Bondan.