Berikut tradisi menarik di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara yang layak menjadi referensi Anda bila mengunjungi Jailolo dan sekaligus ingin menyaksikan peristiwa langka, gerhana matahari total.
***
TUA, muda, dan para wisatawan larut dalam ritual Orom Sasadu di Desa Gamtala, Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara. Sebagian ikut menari dalam ritual ucapan syukur, yang dulunya berbau mistis.
Orom Sasadu adalah ritual ucapan syukur Suku Sahu atas berkat dari Sang Pencipta saat panen. Ritual makan bersama itu digelar di rumah adat Sasadu dua kali dalam setahun.
Ketua Suku Sahu Thomas Salasa menjelaskan, ritual pertama biasanya digelar bulan Januari setelah selesai menanam. Dalam ritual itu, hanya digelar makan kecil yang tidak melibatkan banyak orang.
Setelah panen, baru digelar makan besar. Biasanya digelar bulan Agustus. Namun, ritual itu diputuskan digelar pada Jumat (15/5/2015) malam, agar menjadi bagian dari acara Festival Teluk Jailolo (FTJ).
Orom Sasadu dibuka oleh ketua adat. Setelah Thomas berbicara dengan bahasa Sahu, hidangan dipersilahkan dicicipi. Kali ini, disajikan berbagai makanan seperti nasi kembar, ikan, sup, dan sayuran. Mereka yang hadir diwajibkan mencicipi minuman ciu khas Halmahera.
Di tengah makan bersama itu, musik khas Suku Sahu dimainkan. Hanya ada dua alat musik, yaitu tifa dan gong. Biasanya, ditarikan juga tarian suku Sahu, Sara Dabi-dabi dan Legu Salai.
Tarian Sara Dabi-dabi, kata Thomas, adalah tarian penjemputan Sultan. "Kalau Sultan Ternate turun ke desa-desa, tarian itu untuk menyambut. Kalau tarian Legu Salai bertalian (selalu ada) dengan Orom Sasadu," kata Thomas.
Malam itu, para tamu tanpa canggung ikut menari. Mereka berjoget berusaha menirukan tarian yang dibawakan seorang perempuan.
Berbau mistis
Dahulu, Orom Sasadu digelar selama 7 hari 7 malam. Jika ingin lebih singkat, lama ritual mesti ganji, yaitu 7 hari 7 malam, 5 hari 5 malam, 3 hari 3 malam, atau hanya sehari semalam.
"Dulu ada piring antik. Anehnya, makanan yang ditaruh di piring antik itu tidak pernah basi walaupun sudah berhari-hari. Ritual 7 hari 7 malam dulu terakhir digelar 1963. Saya sudah ikut dulu. Piring antik masih ada waktu itu," cerita Thomas.
Thomas mengatakan, dahulu para leluhurnya belum memeluk agama. Mereka percaya, dengan menggelar ritual Orom Sasadu, hasil panen selanjutnya akan terus berlimpah. Namun setelah itu, ritual dipersingkat.
"Sekarang warga Suku Sahu banyak yang jadi pegawai negeri, guru, jadi digelar semalam aja. Kalau dulu kan orang berkebun. Setelah makan bersama berhari-hari, mereka berkebun lagi," kata Thomas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.