Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meriahnya Tetabuhan Ul-Daul yang Fenomenal, Apakah Itu?

Tetabuhan itu tersusun dalam mobil berjalan yang dikemas bentuk kepala barong bermahkota.

Kepala raksasa itu memuat puluhan orang yang sedang menabuh dengan sangat bersemangat. Suaranya dinamis. Aksi mereka membuat kepala itu seperti bergoyang-goyang menari. 

Inilah Ul-Daul, kesenian masyarakat Madura yang fenomenal. Kesenian perkusi ini menjadi puncak dari karnival Menoreh Art Festival 2019 yang berlangsung di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut ketua rombongan Ul-Daul bernama Mukhlis, tetabuhan model ini awalnya menjadi sarana untuk membangunkan orang sahur di bulan Ramadhan.  

"Kami menggunakannya saat masa puasa. Biasa anak-anak menggunakannya untuk membangunkan orang sahur," kata Mukhlis, Sabtu (19/10/2019) petang.

Dalam perkembangannya, Ul-Daul menjadi parade karnival dan festival di Madura. Kesenian ini cukup popular hingga ke kabupaten dan kota tetangga.

Alat musiknya dominan perkusi. Irama memang terdengar dinamis, namun agaknya tidak perlu memiliki keahlian spesial untuk menabuh seperti ini. Yang penting terdengar rancak. 

Semua dihasilkan alat perkusi bikinan, mulai dari tong hingga wadah bekas ikan. Sering disamakan dengan musik tong tong. 

Pengemasan kendaraan bagi para pemusik inilah yang membangkitkan daya tarik. Mukhlis menceritakan, timnya perlu satu  minggu membuat tampilan kepala barong ini. Bahannya mudah, yakni dari gabus, terkesan lentur, ringan dan jadi hidup. 

Kelompok seniman Ul-daul Madura membawa 45 orang yang mayoritas penabuh. 

"Tampil di mana-mana. Kali ini dapat undangan untuk ulang tahun Kulon Progo," kata Mukhlis.

Karnival merupakan kemeriahan MAF 2019 yang terpusat di Alun-alun Wates. Ini hari ke-8 perjalanan festival yang rencananya berlangsung hingga 30 Oktober 2019. 

Karnival diikuti 25 kontingen dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masing-masing menunjukkan kekhasan seni budaya. Warga Kulon Progo tumpah ruah di alun-alun maupun di jalanan. 


Dari Sleman, seniman-seniman membawa puluhan penari yang menggambarkan Rahwana merebut Shinta. 

Para seniman asal ISI menari kreasi baru yang menggambarkan tentang keragaman Indonesia yang harus disyukuri dan dibanggakan.

Kabupaten lain tidak kalah menarik. Magelang menonjolkan tari kipas yang menggambarkan bunga bermekaran. Purworejo membawa kesenian Dolalak yang mirip dengan Seni Angguk Kulon Progo.

Yang lain ada tari Topeng Ireng, jathilan, hingga reog. Puluhan penari anak seolah Nini Thowok yang lucu, nakal, dan periang, juga mencuri perhatian. 

Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, DIY, Untung Waluya mengatakan, MAF menjadi bagian dari kemeriahan Hari Jadi ke-68 Kulon Progo. Sebagai kabupaten muda tentu saja harus terus menggali kekayaan seni dan budayanya. 

Bila dibanding kabupaten lain yang sudah berusia bahkan hingga ratusan tahun, Kabupaten Kulon Progo pun berniat mengejar ketertinggalan.

Itulah mengapa MAF kali ini menghadirkan kekayaan kebudayaan dari berbagai daerah di Pulau Jawa. 

"Karena ini menjadi puncak kejayaan kebudayaan di Tanah Jawa ini," kata Untung. 

(K71-12)

https://travel.kompas.com/read/2019/10/30/103100827/meriahnya-tetabuhan-ul-daul-yang-fenomenal-apakah-itu-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke