Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Tionghoa dan Arab di Lembah Salaka

Kompas.com - 05/11/2013, 08:53 WIB

Kawasan Tionghoa bukan sekadar Suryakencana. Tengok kawasan Jalan Roda, Gang Aut, Jalan Pedati, Jalan Ranggagading, dan Jalan Lawangsaketeng di sekitar Suryakencana. Di kawasan perniagaan ini dijual aneka komoditas, makanan-minuman (tradisional atau modern), obat, kosmetik, pakaian, kendaraan, buku, dan cendera mata khas atau keperluan peribadatan bagi komunitas Tionghoa.

Di Lawangsaketeng ada deretan toko yang menjual hasil bumi, terutama ikan asin dan hasil laut yang dikeringkan. Lawangsaketeng diduga sudah ada sejak Pakwan Pajajaran yang berarti gerbang dilipat yang dijaga di luar dan dalam.

Arab Empang

Berada di bagian lembah antara Cipakancilan dan Cisadane ada kawasan Arab yang terbentuk seperti kawasan Tionghoa karena kebijakan Wijkenstelsel 1835-1915. Namun, sebelum menjadi kawasan Arab dan bernama Empang, daerah ini bernama Soekaati (Sukahati). Di sinilah pusat pemerintahan Kampung Baru sekaligus cikal bakal Kabupaten Bogor.

Menurut budayawan Arab Bogor, Adenan Taufik, sebutan Empang muncul karena Bupati Kampung Baru Demang Wiranata (1749-1758) membuat kolam ikan di halaman pendapa (kini alun-alun). Lama-kelamaan kawasan itu identik dengan sebutan Empang dan menenggelamkan nama Soekaati.

Alun-alun, lanjut Adenan, diduga sudah ada sejak zaman Pakuan Pajajaran. Kala itu, alun-alun merupakan tempat hukuman picis (penyiksaan) terhadap penjahat yang dipertontonkan ke masyarakat agar kejahatan tidak ditiru. Kini, alun-alun itu tidak ubahnya lapangan berumput bergelombang, tidak terawat, dan jadi lahan parkir kendaraan. Di sekelilingnya terdapat tembok berikut kios pedagang makanan dan minuman. Pada saat hari raya menjadi pasar kambing.

Di sekitar alun-alun berderet toko perlengkapan ibadah, yakni peci, sorban, sajadah, tasbih, sarung, parfum, rebana, dan kurma. Ada juga rumah makan khas yang menyediakan menu nasi kebuli, gulai, sop, sate kambing, serta kue khas, yakni kamir, ka’at, dan manom.

Sejumlah bangunan tua yang bisa dilihat di Empang, antara lain, Masjid An Nur, Masjid Agung Empang, Makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas, bekas rumah Bupati Kampung Baru, rumah Kapitan Arab, makam keluarga Dalem Shalawat, dan Bendungan Empang. Di sini juga ada makam Raden Saleh Sjarif Bustaman, maestro seni lukis era kolonial.

Sisa-sisa bangunan khas komunitas Tionghoa dan Arab sudah tinggal sedikit dan tidak semua berdiri di lanskap yang enak dilihat. Bangunan antik, tua, dan yang zaman dulu amat terkenal malah berada di lingkungan yang amburadul dan tidak terawat. Apakah ini menunjukkan bahwa kita enggan menjadikan Bogor seperti masa Buitenzorg? Padahal, di masa lalu itu, kalangan pelancong amat memuja keindahan kota yang kini berpenduduk hampir 1 juta jiwa ini. (Ambrosius Harto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com