Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan Unik di Desa Berpenduduk 9 Orang di Perancis! - 2

Kompas.com - 02/04/2015, 10:17 WIB

Akibat pengalaman kesasar ini, David memutuskan untuk meminta sepupu dan istrinya datang bergabung bersama kami. Rupanya suami saya merasa lebih nyaman jika ada orang yang dikenalnya untuk menghabiskan malam ke dua di desa ini, apalagi memang terus terang saya sendiri tak bisa membayangkan, harus melewati malam tahun baru, dengan suasa sunyi dan cukup ganjil bagi kami.

Tanpa disangka malamnya kami tidur dengan nyenyak. Pagi di hari itu, ketika kami turun ke ruang bawah, menuju dapur, brrrrr... ruangan sangat terasa dingin, padahal pemanas kami pasang terus. Sarapan pagi dengan santai, menjadi lebih tenang, saat sepupu Kang Dadang berkata ia akan tiba sekitar pukul 3 sore, karena semalam waktu kami meminta mereka datang, keduanya ragu.

Hari itu, kami memutuskan untuk menyenangkan diri dengan makan siang di restoran, kota terdekat yang cukup besar dibandingkan kampung Régagnas. Sekalian berbelanja untuk malam tahun, berhubung sepupu Kang Dadang akan datang, maka layaklah kami menjamu mereka. Dua kota kecil kami pilih yaitu Saint Jean de Bruel dan Nant. Keduanya pernah kami kunjungi, jadi tidak asing lagi. Di Nant terdapat beberapa restoran yang lumayan enak.

Tujuan pertama yaitu Saint Jean de Bruel, karena lebih dekat. Saat itu pas tanggal 31 Desember 2014, jadi suasana yang saya bayangkan adalah persiapan sebuah kota menyambut tahun baru. Namun saat memasuki kota tersebut, beberapa restoran yang kami datangi semuanya tutup. Tertulis tutup hingga 4 Januari 2015.

Bahkan yang lebih mengejutkan, toko roti dan dan sayuran, waktu kami datangi, mereka sedang bersiap-siap untuk mulai membereskan tempat, karena pukul 12 siang mereka akan tutup dan baru akan buka lagi tanggal 2 Januari 2015. Wah tentu saja kami kecewa, rencana menikmati santapan siang dan berjalan-jalan jadi gagal.

Tak mau membuang waktu, kami langsung menuju kota yang lebih besar, Nant. Saya dan Kang Dadang, berkomentar, "Wajar kali ya jika kota tadi tutup namanya juga kota kecil. Kalau Nant kan kota turistik, pastilah mereka akan menyambut malam tahun baru, dan rasanya aneh kalau kota turis akan seperti kota Saint Jean de Bruel, yang ada malah tutup semua."

Kecele! Bahkan kota Nant pun semua restorannya tutup. Dengan papan tulisan sama, tutup dari tanggal 25 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015. Sampai keliling satu kota, semua restoran, tak ada satu pun yang buka. Antara kecewa, bingung dan lucu karena perut sudah mulai keroncongan, yang ada kami berempat jadi geli. Beda sekali dengan di Indonesia, mau di kampung hingga kota besar, hari libur yang ada malah digunakan kesempatan untuk mencari penghasilan.

Ini yang ada malah sebaliknya, mereka tak peduli soal aji mumpung, yang dipikirkan adalah, hari libur justru digunakan juga untuk para komersial berlibur atau menikmati malam tahun baru dengan orang-orang terdekat, ketimbang melayani orang.

Tapi untungnya toko roti dan minimarket masih buka. Jadi kami langsung menggunakan kesempatan itu untuk berbelanja, untuk makam malam. Dan membeli beberapa makanan untuk piknik di siang itu, berhubung keinginan semula makan di restoran gagal total!

Usai berbelanja, kami menuju daerah di mana berdasarkan peta terdapat hutan kecil, asyik untuk berpiknik. Terus terang, dalam hati, bertanya dengan suhu 5 derajat apakah mungkin makan di udara terbuka. Namun melihat antusias anak-anak, jadilah niat itu kami laksanakan.

DINI KUSMANA MASSABUAU Pegunungan Vissec yang terkenal.
Mungkin kami memang sedang dirundung tak beruntung, atau malah sebaliknya diberi kenangan liburan unik. Begitu memasuki hutan, jantungan saya, ketika melihat banyaknya pemburu berompi kuning dan oranye, pistol berburu di tangan mengumpat melihat kami seolah kami adalah makhluk kesasar yang tak tahu jika hari itu adalah hari berburu. Saya dan Kang Dadang hanya bisa saling pandang pasrah. Meskipun para pemburu tak protes apa pun, namun dari sorot mata mereka kami bisa mengerti, jika kedatangan kami melewati jalanan kecil hutan dengan mobil sangat menganggu mereka. Kami pun melipir...

Dobil menuju ke penginapan, karena rasanya hanya tempat itu yang memungkinkan kami untuk makan siang, Bazile tak berhenti mengoceh. Ia merasa terpukau melihat banyaknya pemburu dengan bedil besar. Bertemu pemburu bukan pertama kali bagi kami, tapi memang kali ini sangat berbeda, apalagi akhir tahun, rasanya baru pertama kali kami melihatnya.

Saat memarkir mobil di samping kandang kuda, seorang perempuan berusia 30-an, menghampiri kami. "Bonjour... Anda keluarga Massabuau? Saya Ariane, pemilik penginapan ini," katanya.

Dan jadilah perbincangan seputar sejak kedatangan kami. Ariane, menerangkan jika dirinya, suami dan anaknya, baru kembali dari Paris, usai melakukan pameran keramik karyanya, karena itu tak sempat menyambut kami. Sementara ibunya yang menjadi pemilik 700 hektar di kampung Régagnas ini, akan datang sore nanti. Ariane terlihat sangat ramah dan simpatik serta mengaku memiliki anak seusia Bazile.

DINI KUSMANA MASSABUAU Hutan kecil di Regagnas, Perancis.
Kami pakai kesempatan untuk menjelaskan jika sepupu Kang Dadang dan istrinya akan datang untuk bergabung dengan kami, apakah mereka harus membayar tambahan. Ariane langsung menjawab, "Aah kalau masalah itu sebaiknya tanyakan kepada ibu saya, dia yang urus soal masalah keuangan, saya hanya membantu di site internet saja. Anda tahu kan saya ini lebih ahli urusan kramik".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com