Namun saat Ramadhan, menu khas Surabaya itu tetap menjadi favorit warga untuk berbuka puasa. Sensasi pedas-manis sayur dan ketela menjadi satu saat makanan ini mulai menyentuh lidah. Pecel semanggi akhir-akhir ini sudah mulai jarang didapati. Penjual pecel semanggi rata-rata perempuan berumur yang menggendong dagangannya dengan berjalan kaki memasuki perkampungan Surabaya. Mereka sebagian besar adalah warga pinggiran kota yang masih memiliki kebun untuk menanam bahan baku pecel semanggi.
Aminah, salah satu penjual pecel semanggi yang ditemui KompasTravel di perkampungan Maspati, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan Surabaya, Kamis (2/7/2015) mengaku, meski bulan puasa penjualan pecel semanggi tidak berkurang.
Dia sengaja berangkat dari tempat tinggalnya di Kecamatan Benowo lebih siang, hingga menjelang malam untuk melayani pembelinya yang berbuka puasa. "Hari biasa berangkat jam 9 pagi, kalau puasa berangkat jam 12 siang sampai magrib," ujarnya.
Satu porsi pecel semanggi yang dibungkus daun pisang milik Aminah dijual Rp 5.000. Itu sudah satu paket dengan satu kerupuk puli khusus pendamping pecel semanggi. Tingkat kepedasan pecel semanggi tergantung pembeli. Karena sambal pecel semanggi akan diaduk per porsi. "Jika ingin pedas sambalnya banyak, jika ingin tidak begitu pedas ya sambalnya sedikit," jelas ibu empat orang anak ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.