Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur, Pekerjaan Rumah Pariwisata NTT

Kompas.com - 29/10/2015, 11:31 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik keindahan alam dan budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) masih memiliki kekurangan yang harus diperbaiki.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komunitas Pencinta Indonesia Timur (KOPIT), Sari Narulita dan Ketua Asosiasi Fotografer Indonesia (AFI), Harri Daryanto.

"Problem di Nusa Tenggara Timur itu infrastruktur. Jalanan menuju ke Lembata dari bandara kurang bagus," kata Sari kepada KompasTravel usai acara pembukaan acara "Fotografi Nusantara, Pesona Indonesia: Tribute to NTT" di Lippo Puri Mall, Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Padahal, menurut Sari, NTT memiliki potensi wisata untuk menarik kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Ia menyebutkan beberapa obyek-obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan.

"Lembata itu hidden treasuare. Ada Lembah Doa, Lamalera, Bukit Cinta. Ada juga penangkapan paus yang diakui dunia," katanya.

Sari mengharapkan pemerintah yang terkait dapat bersinergi untuk membenahi permasalahan di NTT khususnya infrastruktur. Dengan demikian, lanjut dia, pariwisata di NTT dapat berkembang.

Ketua AFI, Harri Daryanto juga menyebutkan infrastruktur di NTT sebagai pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Ketika ia berkunjung ke sana untuk berwisata dan memotret, Harri mengalami kesulitan untuk menempuh perjalanan menuju Lembata. "Lembata itu indah. Tapi jalannya rusak. Padahal dekat dari bandara tapi perlu satu jam," tutur Harri kepada KompasTravel.

DOK INDONESIA.TRAVEL Warga Lembata di NTT.
Selain itu, ketersediaan penginapan untuk wisatawan juga menjadi tantangan. Ia menyebutkan daerah Rote yang dekat dengan pantai, kurang tersedia penginapan.

"Di sana, ada hotel yang aktif hanya enam bulan. Padahal dengan potensi pantai, okupansi bisa naik," ujar Harri.

Sinergi antar pihak terkait seperti pemerintah pusat dan daerah, menurut Harri, menjadi hal yang segera dilakukan. Koordinasi seperti para pegiat pariwisata juga harus dilakukan secara bersama.

"Misalnya seperti komunitas dan pemerintah. Harus koordinasi. Jangan bergerak sendiri," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com