Namun, komunitas Baladdewa di Desa Sukamantri, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang dikelola Cucu Panji Suherman (47) berpandangan lain.
Para anggota Baladdewa setia menjadi pekerja seni bebegig Nyeker Sukamantri karena Cucu Panji berhasil meyakinkan mereka bahwa seni tradisi karuhun (leluhur) merupakan warisan yang harus dijaga, dipelihara, dan disebarkan.
”Kalau tidak oleh kita sendiri, lalu oleh siapa lagi?” tuturnya singkat, tetapi bermakna luas.
Pandangan itu didukung oleh fakta kehidupan pertanian warga Sukamantri yang memang terkait erat dengan tradisi bebegig yang sudah tumbuh lebih dari 100 tahun.
”Kami manggung rata-rata sebulan sekali dengan imbalan Rp 7 juta,” kata Cucu saat ditemui di Sukamantri, Selasa (9/2/2016) lalu.
Imbalan dari pergelaran itu dibagi untuk 12-16 penari topeng, 10 penari pendamping, ditambah 10 pemain musik pengiring, serta ongkos angkut pergi-pulang ke tempat pengundang. Setelah dibagi-bagi, uang sebesar itu sebenarnya hanya pas-pasan.
Meski bebegig tak menjanjikan keuntungan ekonomi, Cucu nekat meninggalkan pekerjaan sebagai montir di sebuah bengkel mobil di Kota Bandung tahun 2003.