Salah satunya, kandas sarai atau sambal yang dibuat dari tumbukan cabai, bawang merah, dan garam ditambah batang serai. Sambal ini termasuk kesukaan mendiang Tjilik.
Disediakan pula baram atau semacam arak yang dicampur dengan madu atau mint. Arak akrab dengan kehidupan orang Dayak karena sering dipakai dalam ritual adat.
”Salah satu misi kami, ingin memperkenalkan masakan Dayak. Kebetulan Bapak (Tjilik) memang suka sekali masakan Dayak meskipun secara umum ia bukan tipe yang suka pilih-pilih makanan,” kata Kameloh Ida Lestari (59), anak keempat Tjilik Riwut.
Ida sempat mengelola galeri dan restoran ini menggantikan adik bungsunya. Pengelolaan lantas diserahkan kepada anak Ida, Sulang Makmur Husada, yang akrab disapa Chiko.
Kedekatan orang Dayak dengan alam tecermin lewat makanannya. Umbut rotan atau pucuk rotan muda, rebung muda, umbut sawit merupakan beberapa jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang sulit ditemui di tempat lain.
Untuk mengakomodasi banyak lidah, Rumah Tjilik Riwut juga menyediakan berbagai menu makanan ringan hingga berat populer, seperti roti bakar, wafel, singkong, pisang, tahu dan kentang goreng, hingga nasi goreng.
Rumah yang kini dijadikan galeri dan restoran ini dulunya adalah rumah dinas gubernur yang pernah didiami Tjilik dan kini menjadi milik keluarga.
Rumah ini sempat ditempati oleh gubernur kedua Reinout Sylvanus sebelum akhirnya dibangun rumah dinas gubernur yang baru.
Bangunan galeri dan restoran merupakan hasil renovasi, tetapi tidak jauh berbeda dengan aslinya. Kamar tidur Tjilik, yang kini menjadi ruang bersantap di bagian depan kiri, dipertahankan, termasuk sumur dan dapur kayu di bagian belakang.
Sebelum menjadi galeri dan resto, rumah ini sempat didiami kerabat Tjilik Riwut dari desa yang hendak sekolah atau bekerja di Kota Palangkaraya.
Tjilik berasal dari Kecamatan Kasongan di Kabupaten Katingan, 1,5 jam bermobil dari Palangkaraya. Setelah tidak menjadi gubernur, ia dan keluarga pindah ke Banjarmasin karena mendapat tugas baru.
Foto-foto dan baju-baju yang dipajang di galeri merupakan koleksi tersisa yang dimiliki kelima anaknya. Barang-barang peninggalan Tjilik lainnya telah diserahkan kepada pemerintah daerah untuk ditempatkan di Museum Tjilik Riwut yang kemudian dipindahkan ke Museum Balanga di Palangkaraya.
Dari berbagai foto yang ditampilkan, tampak Tjilik Riwut cukup dekat dengan Soekarno. Bung Karno sempat mewacanakan pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Palangkaraya.
”Bapak dulu merantau ke Jawa dikirim oleh zending untuk menjadi perawat. Ternyata panggilan hatinya menjadi penulis dan wartawan, dibimbing langsung oleh Sanusi Pane. Beliau kemudian ke Yogyakarta ikut angkat senjata dan bergabung dengan Angkatan Udara,” kata Ida.
Topi, sabuk, lencana, hingga kamera yang dulu dipakai Tjilik ikut dipajang dan disimpan dalam lemari kaca yang mulai berdebu. Tjilik pernah menjadi komandan penerjunan pasukan payung ke Kalimantan.
Sungguh sebuah siang berkesan bersama menu masakan Dayak yang mengisi perut dan memorabilia yang menambah wawasan. (Sri Rejeki)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.