Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saudara Kembar dari Sijuk

Kompas.com - 27/06/2016, 17:33 WIB

Masjid Sijuk juga pernah direnovasi pada 1948 dan 1999. Pada 1948, ada penambahan dinding penyekat sehingga masjid terbagi atas ruang tertutup dan terbuka tanpa dinding.

Sementara renovasi tahun 1999 dilakukan untuk merapikan masjid yang sempat ditinggalkan hampir 20 tahun. Orang-orang Sijuk beraktivitas di masjid baru yang lebih besar karena jemaah semakin banyak. Setelah belasan tahun di masjid baru, orang-orang Sijuk memilih menggunakan lagi Masjid Al Ikhlas sampai sekarang.

Kerukunan

Bagi Isyak Meirobie, Masjid dan Kelenteng Sijuk adalah bukti nyata kerukunan dan toleransi di Belitung. Jauh sebelum orang-orang menekankan soal pentingnya toleransi, orang Belitung sudah mempraktikkan dari dulu sampai sekarang.

Pemuda Tionghoa yang menjadi Wakil Ketua DPRD Belitung itu menyebutkan, kerukunan antarsuku dan toleransi adalah hal biasa di Belitung. Mudah sekali menemukan orang Melayu bercakap dalam Hokkian, bahasa yang berasal dari Tiongkok. Pertemuan budaya lebih dari tiga abad membuat asimilasi dua kebudayaan itu berlangsung dengan baik.

”Di Belitung, Tionghoa bisa menjadi pejabat publik di daerah yang mayoritas penduduknya Melayu. Orang Belitung tidak memandang sebagai Melayu, Tionghoa, atau suku lain. Semua sama, orang Belitung,” kata Isyak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com