Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalaman "Mencari Angin" di Ho Chi Minh City

Kompas.com - 14/09/2016, 15:07 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Pengalaman wisata 'mencari angin' semalaman di Ho Chi Minh City tersebut saya ungkapkan kepada Konsuler Jenderal RI untuk Vietnam bagian selatan, Jean Anes. Pria asal Manado, Sulawesi Utara yang telah tinggal di Ho Chi Minh selama dua tahun itu setuju dengan pendapat saya tentang kemajuan dan keterbukaan Vietnam saat ini.

"Indikator kemajuan itu adalah pertumbuhan ekonomi nasional Vietnam tahun ini di atas 8 persen. Nyaris 9 persen. Pertumbuhan ekonomi di Ho Chi Minh sendiri mencapai 6,4 persen tahun ini. Negara ini benar-benar maju," ujar Jean.

Selain pembangunan infrastruktur yang masif, investasi asing pun masuk dengan derasnya. Negara yang paling banyak berinvestasi di Vietnam adalah China, disusul Amerika Serikat di urutan kedua dan Jepang di urutan ketiga. Adapun, Indonesia menempati urutan 30-an.

Ho Chi Minh memiliki 15 taman industri dan zona pemrosesan ekspor. Di kota itu juga terdapat taman perangkat lunak Quang Trung dan taman teknologi tinggi Saigon. Lebih dari 50 bank serta 20 perusahaan asuransi nasional dan internasional juga membuka kantornya di kota tersebut.

Derasnya arus investasi ini karena sistem ekonomi Vietnam yang mulai dibuka, yakni sejak pertengahan tahun 90-an. Pemerintah membuka rute-rute penerbangan dari kota-kota besar di Vietnam ke penjuru kota di dunia. Vietnam semakin terjangkau.

Bahkan, Bandar Udara Tan Son Nath di Ho Chi Ming saat ini sudah tidak dapat lagi menampung calon penumpang. Oleh sebab itu, pemerintah sedang membangun bandar udara lagi di Long Tanh, Provinsi Dong Nai untuk memenuhi kebutuhan penerbangan.

Selain itu, proses berinvestasi swasta di penjuru Vietnam cukup mudah. Selama investor tidak mengganggu sistem komunis yang sudah mapan pada sektor politik pemerintahan, maka investasi itu dipastikan akan lancar.

"Di sini, mereka tidak memandang apa agamanya, apa ideologinya, dari mana asalnya, ada kepentingan apa dalam berinvestasi dan lain-lain. Pokoknya kalau kamu mau berbicara tentang ekonomi, kalau kamu berbicara soal membangun, berarti kita adalah teman," ujar Jean Anes.

"Tidak ada pula di sini kasus pungutan liar, semua dijamin pemerintahnya. Mungkin adalah satu atau dua kasus korupsi dan pungli. Tapi itu sangat-sangat sedikit dan belum sampai menjadi persepsi publik yang tertanam di benak kita jika mau berinvestasi di Vietnam," lanjutnya.

Keterbukaan dan kemajuan itu, menurut Jean Anes, juga didukung oleh karakter masyarakat Vietnam yang gigih dan fokus dalam bekerja. Dalam keluarga, suami dan istri sama-sama bekerja adalah hal yang lumrah. Perlahan-lahan, mereka pun menuju ke arah sejahtera.

Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat Vietnam akan berwisata semakin tinggi. Catatan KJRI untuk Vietnam bagian selatan, dari total 90 juta jiwa penduduk Vietnam, enam juta di antaranya berwisata ke luar negeri. Ini merupakan angka yang tinggi dibandingkan sebelumnya dan semakin tahun jumlahnya meningkat.

Sayangnya dari jumlah itu, hanya 50.000 warga Vietnam yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata. Mereka kebanyakan terpusat di Bali dan Yogyakarta. Sisanya lebih memilih belanja ke Singapura dan menikmati budaya Thailand serta Malaysia.

KOMPAS.COM/FABIAN JANUARIUS KUWADO Suasana antrean check in di Bandar Udara International Tan Son Nath di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Angka itu malah berbanding terbalik jika dibandingkan dengan wisatawan Indonesia yang terbang ke Vietnam. Semakin tahun, justru semakin banyak orang Indonesia yang berlibur di Vietnam.

Tingkat kesejahteraan mereka juga dapat dilihat dari pembelian kendaraan bermotor. Harga motor di Vietnam saja misalnya, lebih mahal satu hingga satu setengah kali lipat dibandingkan dengan harga motor dengan merk yang sama di Indonesia.

"Namun, mereka tetap bisa membelinya. Lihat saja di jalan-jalan, semua orang itu naik motor," ujar Anes.

Dalam semalam saja, persepsi saya tentang Ho Chi Minh dan Vietnam pada umumnya, berubah 180 derajat. Saya tidak lagi memandang negara komunis itu sebelah mata. Pulang dari mencari angin perasaan saya malah berubah menjadi sedikit khawatir. Mungkinkah Indonesia disalip Vietnam?


****

KompasTravel kembali menghadirkan kuis "Take Me Anywhere 2". Pemenang akan mendapatkan kesempatan liburan gratis yang seru ke Yogyakarta selama tiga hari dua malam.

Hadiah sudah termasuk tiket pesawat, transportasi lokal, hotel, konsumsi, dan beragam aktivitas seru selama di Yogyakarta. Juga raih kesempatan memenangkan hadiah smartphone. Klik link berikut: Mau Liburan Gratis di Yogyakarta? Ikuti Kuis "Take Me Anywhere 2"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com