Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Kemerdekaan RI di Rengasdengklok, Jawa Barat

Kompas.com - 22/08/2017, 08:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

Saya berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu cucu Djiauw Kie Siong yaitu Yanto Djuhari (68) atau bernama Djiaw Tiang Lin. Ia turut bercerita tentang profil Djiaw semasa hidupnya.

Menurut Yanto, rumahnya sudah beberapa kali mengalami renovasi. Salah satunya adalah cat bagian depan yang sebelumnya berwarna putih dan kini berwarna coklat.

BACA: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia

Suasana di sekitar rumah terasa teduh. Pohon-pohon tumbuh di sekitar rumah. Beberapa jendela juga mempermudah pertukaran udara. Di depan rumah, di bagian kiri dan kanan ada kamar yang pernah digunakan oleh Soekarno dan Hatta untuk beristirahat.

Kami melanjutkan perjalanan ke pinggir Sungai Citarum. Di sana, kami melihat lahan rumah Djiaw Kie Siong sebelum dipindahkan ke tempat sekarang berdiri.

Rumah sejarah Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rumah Djiauw Kie Siong merupakan tempat persinggahan Bung Karno dan Hatta saat dibawa oleh generasi muda pada 16 Agustus 2017.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Rumah sejarah Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rumah Djiauw Kie Siong merupakan tempat persinggahan Bung Karno dan Hatta saat dibawa oleh generasi muda pada 16 Agustus 2017.

Matahari langsung memancarkan sinarnya hingga menerpa kulit. Untungnya, angin cukup kencang di pinggir Sungai Citarum.

Titik bersejarah selanjutnya adalah Tugu Kebulatan Tekad. Di sini, ada tugu berwarna emas berbentuk tangan yang mengepal. Di bawah tangan itu, ada tulisan "17.AUG.1945".

Rushdy sempat bercerita bahwa sebenarnya Soekarno dan Hatta akan dibawa ke Markas PETA. Namun lantaran markasnya yang terlalu mencolok dan terbuka, mereka dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong.

Sejarawan Rushdy Hoesein tengah bercerita seputar Tugu Proklamasi dalam kegiatan Jelajah Kota Tua Rengasdengklok, Sabtu (19/8/2017).KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Sejarawan Rushdy Hoesein tengah bercerita seputar Tugu Proklamasi dalam kegiatan Jelajah Kota Tua Rengasdengklok, Sabtu (19/8/2017).
Jam sudah menunjukkan pukul 13.45 WIB. Perjalanan kami harus berlanjut kembali ke Jakarta. Persinggahan terakhir rombongan adalah Tugu Proklamasi di daerah Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat.

BACA: Sosok Soekarno di Balik Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi

Di sana, rombongan diajak untuk melihat jejak-jejak tempat Bung Karno tinggal di Pegangsaan Timur No 56 kala itu. Rushdy mencoba untuk menunjukkan gambaran bekas rumah Bung Karno.

Kartum mengatakan dalam kegiatan Jelajah Kota Tua Rengasdengklok, masyarakat diajak untuk melihat proklamasi tak hanya saat tanggal 17 Agustus. Namun, ada latar belakang proklamasi yang juga turut memiliki sejarah panjang.

Anggota Komunitas Jelajah Budaya berkumpul di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (19/8/2017).KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Anggota Komunitas Jelajah Budaya berkumpul di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (19/8/2017).
"Walaupun di Rengasdengklok hanya sehari, tapi itu bagian sejarah sebelum terjadinya proklamasi," kata Kartum.

Dari perjalanan ke Rengasdengklok, Kartum menyebut bisa diresapi bagaimana semangat generasi muda agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat. Sepulangnya Soekarno dan Hatta dari Dalat, Vietnam, untuk bertemu Jenderal Terauchi, generasi muda juga telah mendesak proklamasi agar dilakukan.

"Semangat pemuda pada saat itu agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat dan pemuda menginginkan kemerdekaan itu diperoleh sendiri. Bukan diberikan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com