Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abon Ma'Nio dari Garut, Empat Generasi Pertahankan Cita Rasa Alami

Kompas.com - 07/04/2018, 15:33 WIB
Ari Maulana Karang,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Selain dikenal dengan kuliner dodol dan cokelat, Garut ternyata masih punya kuliner khas yang telah sejak lama ada yaitu Abon Ma'Nio yang telah berproduksi sejak tahun 1960 dan saat ini telah dikelola oleh generasi keempat.

Adalah Wawan Wibisana (55), generasi keempat pengelola Abon Ma'Nio yang saat ini terus memproduksi abon demi menjaga warisan para orangtuanya.

Di tangan Wawan, Abon Ma'Nio saat ini sudah mulai menembus pasar nasional dengan memanfaatkan media sosial. Jika dulu hanya memproduksi abon dan dendeng. Saat ini, sedikitnya ada aneka produk olahan daging yang dibuatnya.

Baca juga : Liburan ke Raja Ampat, Jangan Lupa Bawa Pulang Abon Ikan

"Ada abon sapi variannya pedas dan original, abon ayam, abon urat sapi dan yang terbaru adalah abon ayam kalkun," katanya.

Sementara, untuk produk dendeng daging, menurut Wawan, yang biasa disapa Abah, ada dua jenis dendeng yang diproduksi yaitu dendeng sayat dan dendeng giling yang cita rasanya ada yang pedas dan rasa jeruk.

"Kalau dendeng sayat, dari sayatan daging, kalau giling dagingnya digiling kemudian dikeringkan," katanya.

Baca juga : Menpar: Swiss van Java, Garut Bisa Jadi Destinasi Wisata Unggulan

Wawan menuturkan, usaha pembuatan abon dan dendeng daging sapi awalnya dijalankan oleh Ibu Muslimah yang tidak lain orangtuanya dari neneknya yang bernama Ma Nio. Dari Ma Nio, usaha pembuatan abon dilanjutkan oleh orangtuanya Wawan yaitu Ai Rumani.

Wawan, generasi keempat pembuat abon Ma Nio di Garut yang terus mengembangkan produknya dengan aneka rasa saat ditemui Jumat (6/4/2018).KOMPAS.com/ARI MAULANA KARANG Wawan, generasi keempat pembuat abon Ma Nio di Garut yang terus mengembangkan produknya dengan aneka rasa saat ditemui Jumat (6/4/2018).
"Ma Nio mulai melanjutkan usaha abon sejak tahun 1960, nama abon Ma Nio diambil dari nama nenek saya," kata Wawan.

Menurut Wawan, untuk urusan pembuatan abon di Garut. Nama keluarganya memang sudah cukup lama dikenal, terutama di Kampung Sanding, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota. Makanya, usahanya dilanjutkan secara turun temurun oleh keluarganya.

Wawan yang menjadi anak pertama dari Ai Rumani, generasi ketiga yang membuat abon dan dendeng, mulai menjalankan usaha pembuatan abon sejak tahun 1990-an dan mulai berkembang pesat tahun 2000-an.

"Dulu saya sempat kerja dulu di Jonggol, jadi bagian TU di sekolah SMA, pulang ke Garut kemudian meneruskan usaha orangtua," katanya.

Wawan menuturkan, salah satu faktor yang membuat Abon Ma'Nio bisa bertahan hingga kini adalah usahanya untuk dapat tetap menjaga cita rasa asli pembuatan abon. Meski pengolahannya terbilang tradisional. Namun cita rasa bisa tetap terjaga.

"Semua masih diolah tradisional, biar lebih lama pengolahannya yang penting rasanya terjaga," ujar Wawan.

Saat ini, lanjut Abah, untuk abon daging sapi saja, dalam dua Minggu bisa menjual hingga 50 kilogram dengan harga per kilogramnya mencapai Rp 400.000. Produksi abon dan dendeng akan meningkat tajam biasanya saat menjelang puasa dan hari raya Idul Fitri.

"Peningkatannya bisa sampai dua kali lipat lebih dari hari-hari biasa," katanya.

Beda dengan hari raya Idul Fitri, menurut Wawan, pada hari raya Idul Adha order pembuatan dendeng dan abon bisa meningkat hingga 500 kilogram lebih. Karena, mereka yang berqurban sering menitipkan daging kepadanya untuk diolah menjadi dendeng atau abon.

"Saya hanya dapat ongkos produksinya saja, biasanya per satu kilogram daging biayanya bisa Rp 70 ribu untuk buat abon," katanya.

Pembuatan abon, menurut Wawan, tidak mudah. Untuk abon sapi, daging yang jadi pilihannya adalah daging kami bagian belakang. Sementara, untuk daging ayam yang diambil hanya daging dibagikan dada saja. Bahkan, untuk abon kalkun, dari 12 kilogram daging ayam kalkun utuh, hanya jadi abon paling banyak 1,25 kilogram.

Wawan, generasi keempat pembuat abon Ma Nio di Garut yang terus mengembangkan produknya dengan aneka rasa saat ditemui Jumat (6/4/2018).KOMPAS.com/ARI MAULANA KARANG Wawan, generasi keempat pembuat abon Ma Nio di Garut yang terus mengembangkan produknya dengan aneka rasa saat ditemui Jumat (6/4/2018).
"Dari satu kilogram daging paling jadi abon hanya setengahnya, kalau ayam kalkun utuh yang beratnya 12 kilo, yang bisa dijadikan abon dagingnya hanya 2,5 kilo, jadi abonnya paling 1,25 kilogram, makanya harganya bisa sampai Rp 500 ribu per kilo," katanya.

Wawan mengaku, salah satu kendala yang dihadapinya saat ini adalah ketersediaan bahan baku. Karena, untuk produksi 50 kilogram abon ayam saja, dirinya perlu hingga 100 kilogram daging dada ayam yang sulit didapat.

Meski demikian, Wawan mengaku dari hasil usaha meneruskan warisan keluarga ini, dirinya bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga perguruan tinggi yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan olehnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com