BORONG, KOMPAS.com - Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 Wita, Senin (16/4/2018). Saya bersama Adrys Harapan, Deni, Flori, Arif didampingi tua adat Suku Walan, Kornelis Sambi serta sejumlah tua adat lainnya bertamu di salah satu rumah warga di Kampung Paua, Desa Mosi Ngaran, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sebagaimana biasanya budaya orang Manggarai Timur di seluruh pelosok selalu menghargai tamu yang berkunjung disuguhi kopi Flores.
Saat kami sedang menikmati minuman kopi pahit (kopi pait), tua adat Suku Walan, Kornelis Sambi menginformasikan bahwa saat ini warga di kampung ini sedang melaksanakan ritual tahunan, yakni Kewur Uwi. Biasa juga dikenal dengan ritual tapa uwi (bakar uwi).
Mendengar informasi itu, saya sangat tertarik dengan ritual langka itu karena saya baru mendapatkan informasi itu. Setelah minum kopi pahit selesai, saya didampingi tua adat itu menuju ke dapur melihat proses ritual Kewur Uwi.
Saat itu ada dua buah Uwi (sejenis umbi-umbian berwarna putih dan berserabut) yang sudah dibakar dan siap diritualkan bersama dengan seluruh warga Kampung Paua.
Baca juga : Perempuan Flores Merawat Tenun sebagai Warisan Budaya
Mama Edeltrudis Nurhayati kepada KompasTravel, Senin (16/4/2018) menjelaskan ritual kewur uwi atau tapa uwi merupakan ritual tahunan yang di wariskan leluhur di seluruh warga Kampung Paua.
Ritual Kewur Uwi merupakan ritual tahunan untuk memulai panen padi ladang di seluruh kampung di Kecamatan Elar Selatan.
Baca juga : Peting Ghan Nalun Weru, Ritual Sakral Suku Nggai di Flores
Padi di ladang tak bisa panen apabila belum dilaksanakan ritual Kewur Uwi. Seluruh petani di Kecamatan Elar Selatan taat terhadap ritual ini. Ritual Kewur Uwi dilaksanakan setiap April dalam kalender pertanian dari warga setempat.
“Warga petani di Kampung Paua dan seluruh Kecamatan Elar Selatan selalu melaksanakan ritual ini sebelum mulai panen padi ladang,” katanya.
Clara Jaja kepada KompasTravel menjelaskan, ritual Kewur Uwi merupakan ritual massal di seluruh kampung di Kecamatan Elar Selatan. Ritual ini dilaksanakan sehari saja dari rumah ke rumah yang dilaksanakan warga seluruh kampung.
“Kaum perempuan yang laksanakan kewur uwi dan masak nasi rupang untuk dihidangkan kepada warga yang hadir setelah ritual ini dilaksanakan. Larangannya adalah kaum perempuan tidak boleh makan Uwi sesudah diritualkan oleh tua adat di kampung tersebut. Yang makan uwi adalah kaum laki-laki khususnya Anak winar (laki-laki penerima anak gadis dari anak Ranar). Ritual ini terus dilangsungkan setiap tahun,” katanya.
Uwi, Makanan Pokok Warga di Manggarai Raya
Sebelum mengenal tanaman padi, warga petani di seluruh Manggarai Raya sudah mengenal tanaman uwi dan sebagai makanan pokok bagi warga petani di seluruh Manggarai Raya.
Sesungguhnya tanaman asli untuk bahan makanan dari warga petani di seluruh Manggarai Raya adalah tanaman uwi yang tumbuh di hutan. Leluhur orang Manggarai Raya mengenal tanaman itu dan dijadikan bahan makanan pokok sebelum masuk benih padi.
Tanaman uwi sebagai tanaman pertama yang dikenal warga petani dan dijadikan makanan pokok.
Demikian dijelaskan Tua adat Suku Manu Kina, Bernadus Rata kepada KompasTravel di rumahnya di Kampung Paua.
Warga petani di seluruh Kecamatan Elar Selatan khususnya maupun Manggarai Raya pada umumnya selalu melaksanakan ritual Kewur Uwi.
Pensiunan guru sekaligus Ketua Lembaga Adat Desa Langgasai, Aloysius Lalung kepada Kompas Travel di rumahnya di Runus mengemukakan ritual kewur uwi merupakan ritual tua yang diwariskan leluhur di wilayah Kecamatan Elar Selatan.
Lalung menjelaskan, biasanya ritual ini dilaksanakan untuk memulai Gheto Roe (panen padi di kebun tua) yang ada di seluruh kampung di wilayah Elar Selatan. Ritual ini dilaksanakan secara massal dari rumah ke rumah dalam sehari.
“Saya sudah dokumentasikan secara tertulis terhadap seluruh ritual adat di wilayah Kecamatan Elar Selatan. Saya merencanakan untuk membukukan hasil tulisan yang ada di buku agenda pribadi,” jelasnya.
Rupang, Makanan Khas yang Dimasak dengan Daun Bambu Muda
Kaum perempuan di seluruh kampung di wilayah Kecamatan Elar Selatan memegang teguh tradisi masak Rupang, masak nasi yang dengan daun bambu muda.
Rupang merupakan makanan khas dari Kecamatan Elar Selatan yang selalu dihidangkan pada ritual kewur Uwi. Ghan Rupang (makanan yang dibungkus dengan daun bambu muda).
“Kaum perempuan sudah mengetahui bahwa saat ritual kewur uwi dipadukan dengan hidangan ghan rupang untuk dihidangkan kepada seluruh warga yang mengikuti ritual tersebut. Ini merupakan warisan leluhur warga Kecamatan Elar Selatan,” katanya.
Membalikkan Pemberitaan Media Massa
Selama ini media massa selalu memberitakan tentang warga Flores makan uwi yang berkaitan dengan kelaparan atau gagal panen. Sesungguhnya makanan uwi yang diambil dari hutan merupakan warisan alam yang disuguhkan kepada warga petani sebelum mengenal nasi.
Hingga saat ini warga petani di kampung-kampung di Manggarai Raya khususnya maupun Pulau Flores pada umumnya memiliki tradisi makan uwi.
Buktinya bahwa warga di pelosok Flores memiliki tradisi tahunan untuk makan uwi.
Romanus Lendong, tokoh intelektual asal Elar Selatan yang berkiprah di Jakarta menjelaskan, ritual kewur uwi merupakan ritual tahunan di Kampung Paua, Desa Mosi Ngaran, Kecamatan Elar Selatan dan seluruh suku di wilayah itu.
Ini merupakan makanan khas yang dibakar sebelum dimakan. Bahkan, sebelum dimakan, Uwi itu didoakan secara adat yang dilaksanakan oleh tua adat.
“Sewaktu kecil, saya selalu mengikuti ritual itu bersama orangtua saya dan warga setempat yang dilangsungkan dari rumah ke rumah. Saya bersyukur memiliki warisan budaya yang sangat unik di Manggarai Timur,” jelasnya.
Saat ritual kewur uwi, perempuan dilarang makan, kecual kaum laki-laki, khususnya kaum laki-laki dari anak winar (penerima anak gadis dari anak ranar).
Selain itu, warga dilarang menabuh gendang dan gong di rumah adat setempat. Menabuh gendang dan gong bisa dilaksanakan apabila sudah selesai ritual tersebut.
Calon Bupati Manggarai Timur periode 2018-2023, Frans Sarong menjelaskan, ritual-ritual adat yang berhubungan dengan alam semesta dan nenek moyang serta Sang Pencipta Kehidupan terus dijaga dengan baik oleh tua-tua adat di seluruh Manggarai Timur.
“Banyak warisan budaya dan ritual adat yang unik dan langka di wilayah Manggarai Timur yang belum dipublikasi secara luas di media massa. Salah satu yang masih terjaga dengan baik adalah ritual kewur uwi di Kecamatan Elar Selatan. Unik dan langka kan rupang? Hanya dijumpai di Elar Selatan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.